Yudi Latif
Yudi Latif

Sebuah senja, saat kapal bersandar di dermaga, kujejaki pantai disambut kepakan sayap elang laut bersama kicau burung yang lamat-lamat terdengar di cakrawala.

Sebuah bola matahari seketika muncul di ufuk barat mengecup langit penuh perasaan. Seakan mencium sambil menutup mata, cahyanya pun perlahan redup meninggalkan lembayung indah di cakrawala, menutup hari penuh harap.

Pelayaran bergelombang sepanjang hari terbayar puas berujung indah. Sambutan lembayung senja menjadi bukti, betapapun kelam saat-saat yang dilalui, ujung hari akan berakhir dengan berona. Dan setiap mentari tenggelam, betapapun gelap malam segera menyergap, masih ada harapan bagi para petarung dalam waktu: fajar baru tak lama lagi akan menyingsing.

Sungguh perjalanan hidup bagaikan pergerakan sinar mentari, yang timbul-tenggalam di cakrawala. Kemunculan lembayung indah di ujung hari didahului kehadiran awan kelabu. Begitu pun pengembaraan hidup manusia: suka-duka silih berganti, gelap-terang saling beradu. Bagaimana pun, manusia bukanlah malaikat ataupun setan. Namun, sebaik-baik perjalanan hidup adalah perjalanan mereka yang berakhir dengan baik dan indah.

Makrifat Pagi, Yudi Latif

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin