Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Indef, Enny Sri Hartartiā, mengemukakan perkembangan ekonomi nasional terus mengalami perlambatan. Berbagai kebijakan ekonomi yang dibuat dalam kenyataannya tidak mampu menstimulasi kondisi perekonomian masyarakat.
Salah satu penyebabnya adalah pemerintah tidak mempunyai sense of crisis sehingga kebijakan demi kebijakan yang dibuat lebih banyak yang bersifat kontradiktif.
“Saat ini kita mengalami perlambatan ekonomi. Pemerintah harus memberikan stimulus karena hasrat konsumsi dan daya produksi menurun. Ini bisa diterjemahkan dengan meningkatkan belanja pemerintah,” kata Enny kepada wartawan di Jakarta, Kamis (4/8).
Ia memberikan masukan, untuk meningkatkan belanja pemerintah maka pemerintah harus meningkatkan pendapatan. Namun upaya meningkatkan pendapatan ini bukan dengan jalan meningkatkan pendapatan pajak. Sebab peningkatan pendapatan pajak akan membuat konsumsi turun dan daya produksi masyarakat menurun.
“Pemerintah melakukan cara dengan meningkatkan defisit dan menambah utang untuk pembiayaan, sampai disini semua sudah on the track. Menjadi tidak on the track karena ternyata utang yang diambil dan defisit yang ditempuh tidak memiliki efektivitas terhadap belanja dan stimulus,” jelasnya.
Ditambahkan Enny, jika menambah defisit dan menambah utang bisa menstimulus perekonomian, maka hal ini masih bisa dipertanggungjawabkan. Meski ia menekankan langkah tersebut tidak berdampak besar bagi peningkatan ekonomi nasional.
“Hal ini karena kebijakan fiskal pemerintah itu masih seperti bisnis as usual yang bisa dilihat dari postur APBN. Padahal ketika krisis maka belanja yang tidak memberikan efek stimulus seperti belanja pegawai harusnya dikurangi,” pungkasnya.
Laporan: Soemitro
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby