Jakarta, Aktual.com — Kebijakan pemerintah yang menetapan harga daging sapi sebesar Rp80 ribu per kg, dinilai janggal dan banyak menimbulkan spekulasi di dalamnya.

Padahal, kebijakan harga harusnya didasakan pada biaya produksi daging sapi lokal, bukan pada impor daging beku yang sudah direncanakan pemerintah, apalagi kualitasnya juga belum jelas.

“Kebijakan ini (penetapan harga daging sapi) sangat tidak rasional. Yang ada, peternak lokal yang akan dirugikan. Karena mereka berpikir lebih baik menjual sekarang,” jelas Direktur Eksekutif INDEF, Enny Sri Hartati, dalam diskusi bertajuk ‘Rasionalitas Harga Daging Sapi’, di Jakarta, Jum’at (3/6).

Menurut Enny, dengan kebijakan itu, para peternak lebih baik menjual sekarang saja. Sehingga nantinya, saat sudah masuk puasa dan lebaran daging sapi sudah tidak ada di pasaran.

“Kalau begitu, siapa yang diuntungkan? Tentu mereka-mereka yang punya akses impor daging,” tandas dia.

Belum lama ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) ngotot ingin menenak harga daging sapi menjadi Rp80 ribu per kg. Sementara Jokowi sendiri tidak punya skema yang jelas untuk menurunkan harga ini. Hanya akan melakukan impor daging beku.

Enny menegaskan, dengan kondisi demikian, peternak lokal pasti akan mengalami kerugian gara-gara penetapan harga daging Rp 80 ribu per kg itu.

“Yang ada, lebih dari 6 juta petani peternak dengan jumlah ternak sapi lebih dari 15 juta akan menanggung rugi besar. Potensi kerugiannya mencapai Rp70 trilliun,” jelasnya.

Dalam kalkulasi Enny, harga sapi hidup akan jatuh dari Rp45 ribu per gg menjadi Rp30 ribu per Kg. “Karena rata-rata nilai per ekor sapi di peternak saat ini sekitar Rp14 juta (dari hasil pengkalian Rp45 ribu x rata-rata 300 kiloan per ekor),” jelas dia.

Di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI),  Asnawi mengkritik keras keinginan Jokowi menurunkan harga daging sapi di bawah Rp80 ribu per kilogram. Karena kebijakan iru sangat tidak rasional.

Menurut dia, harga daging sapi di pasaran tidak akan bisa turun sejauh itu, meskipun pemerintah melakukan operasi pasar dengan daging sapi impor yang akan didatangkan nantinya.

“Mustahil dan tidak rasional harga daging sapi bisa di bawah Rp80 ribu per kg. Tetap akan di atas Rp100 ribu per kg,” cetus dia.

Asnawi menjelaskan harga tidak mungkin bisa menyentuh angka Rp80 ribu per kg karena harga pokok produksi (HPP) pedagang sudah di kisaran Rp109-Rp110 ribu. Tingginya HPP tersebut dipengaruhi nilai tukar rupiah yang sempat melemah di level Rp 14 ribu per dolar AS pada awal tahun.

Menurutnya, daging sapi yang ada saat ini merupakan daging yang didatangkan dari impor pada periode Januari-Februari. Kala itu, pengimpor daging membeli sapi dari Australia senilai 3,15 dolar AS per kg dengan kurs Rp14 ribu per dolar AS. Dengan begitu, HPP awal untuk mengimpor daging berada di kisaran Rp44.100 per kg.

Tetapi kemudian, harga daging karkas atau yang telah disembelih di tempat jagal berkisar Rp87 ribu-Rp88 ribu. Sedangkan di eceran HPP sudah menjadi Rp110 ribu.

“Kami menjual di harga Rp115 ribu-Rp120 ribu. Itu untungnya hanya sedikit. Jadi, kalau bicara harga pasar, tidak rasional bisa menyentuh angka Rp80 ribu per kg,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan