Jakarta, Aktual.com – Pertumbuhan daya beli masyarakat tengah melambat pada triwulan II 2017. Kondisi ini diduga terjadi karena pemerintah tengah gencar menebarkan rasa takut kepada masyarakat dalam sektor ekonomi.

Hal ini diutarakan oleh ekonom asal Institute for Development of Economies and Finance (Indef), Berly Martawardaya, usai menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk ‘Peran dan Inovasi Paten Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia’ di Jakarta, Rabu (27/9).

“Beberapa sikap Pemerintah kurang mendukung konsumsi. Pertama tabungan Rp200 juta akan dicek,” ujar Berly kepada Aktual.

Selain itu, Berly juga menyebut rencana pemerintah untuk menurunkan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sebelumnya ditetapkan Rp4,5 juta menjadi sesuai dengan Upah Minimum Regional (UMR).

“Kalau pajak meningkat berarti tahun depan bayar pajak lebih banyak. Berarti tahun ini perlu kurangi konsumsi, jadi masyarakat (lebih memilih) menabung buat bayar pajak tahun depan,” ucap Berly.

Meskipun kedua rencana tersebut akhirnya batal, Berly menganggap pemerintah sudah terlanjur menebarkan rasa tidak aman bagi masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat pun disebutnya lebih memilih untuk bermain aman dalam menyikapi rencana tersebut.

Menurutnya, hal ini terbukti dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2017 yang menurut BPS hanya tumbuh 4,95% atau melambat jika dibandingkan triwulan yang sama pada 2016, yaitu 5,04%

“Saya pinjam istilahnya Pak Dahlan Iskan, ini seperti menakut-menakuti ayam bertelur. Ini ayam mau bertelur, diributin, disenterin, disetelin musik, akhirnya enggak jadi bertelur,” ujarnya beranalogi.

Ia beranggapan jika pemerintah seharusnya mengeluarkan sikap dan tindakan yang cenderung menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

“Itu dulu tahapannya, jangan takut-takuti masyarakat,” tutupnya.

Teuku Wildan A.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan
Arbie Marwan