Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kestuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) berujuk rasa di depan kantor PMK, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018). Aksi mahasiswa ini menuntut pemerintahan Jokowi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, menurunkan harga kebutuhan pokok, menghentikan impor yang tidak diperlukan dan melakukan swasembada pangan. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut nilai rupiah akan menemukan keseimbangan baru pada Desember 2018, dan diharapkan bisa tetap menjaga keseimbangan terhadap dolar AS agak lama.

“Yang terpenting itu saat ini bukan nilai tukar rupiah menjadi Rp16 ribu atau Rp17 ribu. Tapi bagaimana bisa stabil dan imbang dalam jangka waktu lama, atau menemukan keseimbangan baru,” kata Bhima, Kamis (1/11).

Bhima yang berbicara dalam acara Entrepreneur Networking Forum yang mengambil tema “Outlook Ekonomi 2019 Peluang UMKM di Era Digital dan Tantangan Tahun Politik itu mengatakan, saat ini yang terpenting bagaimana nilai tukar itu stabil, sebab hal itu yang dibutuhkan oleh pengusaha.

Bhima mengakui, pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi pada rupiah, melain juga terjadi di beberapa negara perkembang, akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

“Dua gajah sedang bertarung, tentunya imbasnya kepada negara sekitar, yakni negara berkembang, hal ini mengakibatkan ketidakpastian global. Yang paling ditakutkan, tiba-tiba nilai tukar itu melesat tinggi tidak terkontrol,” kata Bhima.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid