Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Stasiun MRT Sisingamangaraja di Jakarta, Selasa (5/12). Progres pembangunan proyek MRT Jakarta sudah mencapai angka 86,12 persen. Diyakini target penyelesaian hingga 90 persen di akhir tahun dapat tercapai. Percepatan pengerjaan proyek moda raya terpadu tersebut salah satunya dipicu oleh kedatangan rangkaian kereta MRT Jakarta yang dijadwalkan mulai menjalani berbagai uji coba di Jepang pada 18 Desember 2017. AKTUAL/Tino Oktaviano
Jakarta, Aktual.com – Analis kebijakan publik Abdulrachim Kresno menegaskan bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Badung sangat merugikan bagi Indonesia dan terindikasi mark up oleh pihak pengambilan kebijakan.
Ditinjau dari prosfeknya, proyek ini hanya berjarak singkat 143 km dengan biaya yang jauh lebih mahal. Sehingga dengan banyaknya ketersediaan pilihan moda transportasi yang ada untuk Jakarta-Bandung, tentu akan kalah saing dan merugi.
“Kereta cepat Jakarta-Bandung jaraknya terlalu pendek (143 Km) sehingga penumpangnya terlalu sedikit, banyaknya moda transportasi lain yang menjadi saingan walaupun mempunyai waktu tempuh yang lama,” kata Abdurachim secara tertulis, Sabtu (9/12).
Kemudian yang menjadi janggal, Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung diakui sebagai proyek B to B (Business to Business), tapi melibatkan 4 BUMN yang kemampuan modalnya tidak memadai, hingga hal ini juga mengancam keuangan BUMN jika proyek ini gagal.
Lalu proses tendernya sangat mencolok aroma ketidak adilan dan berpotensi menimbulkan ketegangan politik.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta