Petani memisahkan butiran padi usai panen di cibarusah, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (29/8). Musim kemarau panjang menjadi duka bagi sejumlah petani Jawa Barat. Hasil panen padi tahun ini anjlok. Tak hanya itu, pasokan air tambahan di wilayah tersebut sulit didapat, karena sumber mata air sangat minim. Sejak kemarau melanda beberapa bulan lalu, padi yang dihasilkan dua kuintal dari sepuluh petak sawah. Padahal di musim penghujan, sawah yang digarap bisa menghasilkan sembilan kuintal padi. AKTUAL/TINO OKTAVIANO

Jakarta, Aktual.com — Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang menilai bahwa pengembangan industri penyimpanan pangan, seperti beras, dan berbagai jenis hasil tani lainnya menjadi kendala Indonesia dalam mencapai kedaulatan (swasembada) pangan yang ditargetkan pemerintah dapat dicapai 2019.‎

“‎Sebetulnya ada teknologi pasca panen, ini tidak pernah tersentuh, karena kena pajak 10%, jasa itu tidak tumbuh, padahal dia menjaga kualitas, menjaga umur simpan hasil petani,” kata Franciscus di Jakarta, Senin (28/12).

Menurutnya, teknologi penyimpanan yang digunakan Indonesia saat ini masih bersifat tradisional, karena hanya mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan beberapa produk tani, seperti gabah.

Padahal sejumlah ilmuan di Tanah Air telah mampu menciptakan teknologi penyimpanan pangan yang canggih. “Tetapi gara-gara pajak 10% tersebut, temuan mereka tidak bisa diaplikasikan, ini sebenarnya masalah utamanya,” ungkap dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka