Jakarta, Aktual.com – Hubungan Indonesia dengan China lebih difokuskan kepada diplomasi ekonomi untuk tiga sektor, yakni perdagangan, pariwisata, dan investasi (TTI) dengan memanfaatkan berbagai peluang yang ada.
Kemitraan dagang dan investasi antara Indonesia dan China menunjukkan adanya pemulihan di tengah pandemi global COVID-19 yang masih berlangsung. Hanya sektor pariwisata yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
“Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Bali Tourism Board terus melakukan promosi pariwisata Indonesia, antara lain dengan menyiapkan materi promosi digital Work from Bali dan mempersiapkan destinasi wisata dengan protokol kesehatan,” kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun kepada ANTARA, Rabu.
Ia menyebutkan pada semester I/2020, kunjungan wisatawan asal China ke Indonesia melalui berbagai pintu masuk hanya 202.204 orang atau menurun 80,74 persen dibandingkan semester I/2019.
Dalam dua bulan terakhir, sektor pariwisata di China sudah mulai menggeliat. Demikian pula dengan kegiatan MICE, termasuk pameran sudah mulai banyak digelar secara langsung. Terakhir, pameran mobil berskala internasional digelar di Wuhan yang dikunjungi ribuan orang per hari dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Perubahan cara hidup masyarakat dalam situasi pandemi ini sebenarnya membuka peluang kerja sama baru Indonesia-Tiongkok,” kata Dubes.
Kedutaan Besar RI di Beijing juga telah beberapa kali mengadakan kegiatan diplomasi ekonomi di bidang TTI dengan memanfaatkan platform digital danĀ influencer.
“Ini bagian upaya kami untuk mendukung tugas Tim Percepatan Pemulihan Ekonomi (TPPE) yang dibentuk Kementerian Luar Negeri kita,” ujarnya.
KBRI Beijing, lanjut dia, juga mendorong peningkatan kerja sama di bidang ekonomi digital dan industri bernilai tambah, khususnya di sektor kesehatan dan kendaraan listrik.
Indonesia juga merintis dan menjalin kerja sama e-dagang, teknologi keuangan, dan infrastruktur digital dengan perusahaan-perusahaan terkemuka di China, seperti ByteDance, Meituan Inc, Alibaba Ant Financial, Jumore, JD.com, Baidu Inc, dan Tencent Holdings Ltd.
“Saat ini sudah ada lima unicorn dan satu decacorn di Indonesia yang sebagian di antaranya bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan Tiongkok,” kata Djauhari.
Seperti diberitakan ANTARA sebelumnya, pada paruh pertama tahun ini total perdagangan kedua negara telah mencapai 35,6 miliar dolar AS (Rp527 triliun).
Beberapa produk unggulan Indonesia mencatat kenaikan nilai ekspor ke China secara signifikan, seperti batubara, besi dan baja, sarang burung walet, ikan beku, buah tropis, buah dalam kemasan, ikan kalengan, sepatu, perkakas rumah tangga, kayu olahan, dan elektronik.
China masih kukuh di peringkat kedua sebagai negara asal investasi asing terbesar di Indonesia setelah Singapura pada periode tersebut dengan nilai 2,4 miliar dolar AS (Rp35,5 triliun) atau naik 9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. (Antara)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i