Modalitas ASEAN

Selain iitu, ASEAN sudah memiliki setidaknya dua perangkat untuk mengembangkan lebih lanjut gagasan sebagaimana disampaikan Marsekal Pertama Adityawarman yaitu Kawasan Damai, Bebas dan Netral (Zone of Peace, Freedom andn Neutrality/ZOFPAN) yang merupakan tekad dan pernyataan sikap negara-negara yang tergabung di kawasan Asia Tenggara untuk menciptakan kawasan yang damai, bebas dan netral, dari semua campur tangan asing maupun sebagai sasaran perebutan wilayah pengaruh dari negara-negara adikuasa manapun.

Secara lebih spesifik lagi, ASEAN mempunyai kawasan bebas senjata nuklir (Southeast Asian Nuclear-Weapon-Free Zone Treaty/SEANWFZ). Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN sepakat mengadopsoi rencana aksi SEANWFZ untuk mempercepat pembentukan kawasan bebas nuklir di Asia Tenggara.

Namun, Mangindaan mengingatkan, bahwa kedua perangkat yang sudah dimiliki ASEAN itu tidak akan bisa berhasil dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut, jika Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, tidak memainkan peran kepemimpinan.

Kata kuncinya adalah Indonesia harus memainkan peran kepemimpinan di ASEAN sebab kekompakan ASEAN sebagai entitas politik regional saat ini masih dipertanyakan. Maka dari itu, menarik ketika beberapa peserta aktif maupun beberapa narasumber seminar, menegaskan betapa pentingnya Indonesia saat ini memiliki pemimpin yang kuat, tapi juga visioner dan imajinatif dalam menjabarkan politik luar negeri RI bebas-aktif sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman.

Maka itu, atas saran dan tawaran dari Global Future Institute, berbagai komponen strategis bangsa, khususnya pemangku kepentingan/stakeholders kebijakan luar negeri RI,  menyerap dan mempelajari kembali “success story” para bapak bangsa, ketika memprakarsai Konferensi Asia-Afrika Bandung 1955, dan Gerakan Negara-Negara Nonblok Beograd 1961.

Langkah tersebut juga mengilhami dan menginspirasi lahirnya gagasan-gagasan strategis terbentuknya forum-forum internasional yang diprakarsai negara-negara berkembang yang masuk kategori  negara-negara nonnuklir, untuk mendesak dan memaksa negara-negara adikuasa dan negara-negara maju, agar menghentikan perlombaan senjata nuklir di Asia Pasifik, dan Asia Tenggara pada khususnya. Demi terciptanya perdamaian dunia.

Selain itu, gagasan untuk membuka kembali perundingan-perundingan strategis yang didasari gagasan ke erah perlucutan senjata nuklir ala INF, merupakan suatu keharusan untuk mengikutsertakan juga Rusia dan China maupun negara-negara Asia yang masuk kategori nuclear state seperti Iran, Korea Utara, India, dan Pakistan atas dasar gagasan untuk menciptakan perimbangan kekuatan antarnegara-negara.

antara

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan