Menurut dia, tentunya memang harus dipastikan tarif listriknya nanti harus memiliki selisih atau marjin yang cukup bagi perusahaan dibandingkan “tipping fee”.

Selain itu, lanjutnya, Bappenas juga mendorong perusahaan-perusahaan Finlandia tersebut juga berinvestasi terkait ‘waste to energy’ tersebut di kota-kota besar lain di Indonesia.

“Karena menurut saya di kota besar Indonesia, potensi terbesar sekarang adalah waste to energy. Itu bagus karena sampahnya ada yang ngurus, tapi yang kedua, jadi listrik,” ujar Bambang.

Sementara itu terkait dengan keamanan udara, pemerintah Finlandia menawarkan semacam pinjaman lunak melalui bank komersial di Finlandia yang dijamin oleh lembaga ekspornya Finlandia.

“Area kedua lebih ke Airnav, BUMN kita yang urusin navigasi. Rupanya mereka punya teknologi semacam radar cuaca, jadi pesawat yang mau ‘landing’ atau segala macam bisa terbantu dengan informasi yang dihasilkan,” tutur Bambang.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan