Untuk meningkatkan produksi migas, Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi migas melalui penawaran wilayah kerja migas baru dan kebijakan bagi hasil gross split.

Dalam kesempatan itu, Wiratmaja menawarkan investor India untuk ambil bagian dalam pengembangan migas di Indonesia. Selain di hulu migas, kesempatan investasi di hilir migas juga terbuka lebar. Misalnya dalam pembangunan gas pipa, kilang mini serta proyek lainnya.

Sementara Joint Secretary of Ministry of Petroleum & Natural Gas, Government of India, Sunjay Sudhir menyampaikan, saat ini India masih tergantung pada impor migas dan menargetkan akan mengurangi hingga 10 persen pada tahun 2020. Konsumsi energi India pada tahun 2035 diperkirakan akan mencapai 3 kali lipat di mana pada tahun 2014 konsumsinya mencapai 666,2 Mtoe.

India memiliki banyak kilang dengan total kapasitas 230,1 MMTPA di mana 80 MMTPA diantaranya dimiliki oleh swasta. Kapasitas yang besar ini menjadikan kilang India terbesar kedua di Asia. Di sisi lain, India juga tercatat sebagai importir LNG ke 4 di dunia tahun 2015.

Sunjay Sudhir juga menyampaikan bahwa negaranya mengembangkan gas metana batu bara (CBM) sebagai tambahan sumber energi dan berkomitmen terhadap perubahan iklim.

Di akhir pertemuan, kedua negara sepakat untuk bekerja sama, antara lain berbagi pengalaman terkait reformasi subsidi LPG yang dilakukan oleh India, berkolaborasi dalam pembangunan FSRU dan optimalisasi LNG untuk meminimalisir harga serta menjajaki kemungkinan kerja sama di hulu migas dengan menggunakan skema gross split.

Selain itu, akan dilakukan kerja sama dalam pemurnian teknologi, peningkatan kapasitas, gas untuk pembangkit listrik, pembangunan gas kota, serta konversi BBM ke gas untuk truk, kapal laut dan kereta api.
Laporan: Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid