Semarang, Aktual.com – Kementerian Perindustrian mencatat tahun ini petani kopi kewalahan mengekspor kopi ke pasar Eropa dan Amerika, seiring menyusutnya lahan areal dan pemenuhan kopi dalam negeri.

Direktur Industri Minuman Hasil tembakau dan bahan penyegar Kementerian Perindustrian Willem P. Riwu mengatakan, faktor itu dipicu faktor pengaruh iklim elnino yang berdampak pada produksi kopi.

“Produksi kopi malah kekurangan di dalam negeri. Sedangkan, minat di luar negeri sangat tinggi. Eksportir kopi harus pintar-pintar merayu agar pasar tidak lagi percaya, jika kopi di Indonesia turun,” beber dia, saat konferensi pers peringatan Hari Kopi Internasional pada 1 Oktober mendatang di Mall Suite Semarang, Jumat (23/9).

Ia mengatakan pemicu faktor cuaca elnino mempengaruhi penurunan 55 persen secara nasional. Mestinya bunga biji kopi biasa bulan September-Oktober sudah bisa dipanen setelah musim hujan, tapi diguyur hujan pada bulan November. Sementara, bunga kopi bulan Desember menjadi rontok karena diguyur hujan.

Tercatat, produksi kopi dalam negeri mencapai 731.000 ton, sedangkan yang diekspor sebesar 400 ribu ton di negara Amerika dan Eropa. “Minat di luar negeri justru besar. Kita harus pintar-pintar lobby kepada eksportir saat permintaan tinggi, tapi produksi menurun, agar tidak lari usernya,” beber dia.

Menurut dia, jumlah ini lebih banyak apabila dibanding konsumsi masyarakat dalam negeri. Kondisi ini cukup ironis mengingat hampir 60 persen biji kopi Arabika selama ini diekspor ke Negeri Paman Sam. Sedangkan sisanya merupakan permintaan kopi Robusta ke tanah Eropa.

“Kebun kopi kita jauh dari jumlah ideal. Padahal, di Vietnam sudah ada 2 ton kopi yang dihasilkan per hektar. Di kita (produksinya) cuma 200 ribu per hektar,” terangnya.

Sementara, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jateng Moelyono Soesilo mengkhawatirkan kondisi serupa, walaupun secara kasat mata Indonesia berada di deretan 10 negara penghasil kopi di dunia.

“Posisi Indonesia berada di nomor empat total produksi kopi dunia di bawah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Namun jumlah produksi biji robustanya merosot di peringkat ketiga setelah Brasil dan Vietnam. Yang mengejutkan lagi, kita sebagai eksportir kopi malah turun peringkat kelima dan itu jadi posisi terendah dalam sejarah perkopian di negeri kita,” cetusnya.

(Muhammad Dasuki)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan