Denpasar, Aktual.com — Provinsi Bali akan mengirimkan tiga penari dalam sidang UNESCO di Namibia, Afrika, terkait usulan sembilan tari Bali menjadi Warisan Budaya Dunia pada awal Desember 2015 mendatang.

“Tiga penari itu nanti akan membawakan sembilan tari Bali yang sebelumnya telah diusulkan. Mereka akan didampingi oleh Prof I Wayan Dibia, guru besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar,” kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, di Denpasar, Rabu (18/11).

Sembillan tari Bali yang diusulkan untuk mendapatkan penetapan sebagai Warisan Budaya Dunia adalah Tari Barong Ket, Tari Joged, Tari Legong Kraton, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidakarya, Baris Upacara , Tari Sanghyang dan Tari Rejang.
“Sidang penetapan oleh Unesco nanti sekitar 1-2 Desember 2015. Kami sangat berharap kesembilan tarian itu dapat ditetapkan sebagai WBD sehingga nantinya tidak mudah diklaim oleh pihak lain,” ucapnya.

Dewa Beratha menambahkan, jika kesembilan tarian tersebut sudah mendapatkan penetapan dari badan PBB yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (UNESCO) itu, maka menjadi kewajiban semua pihak di Bali untuk menjaganya.

“Selain itu, budaya akan tetap hidup jika dilakoni oleh masyarakatnya. Budaya apapun jika tidak dilakoni tentu akan mati,” katanya.

Sebelumnya, pada 20 Oktober 2015, sembilan tarian tersebut juga telah ditetapkan untuk mendapatkan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang diserahkan oleh Menteri Pendidikan Dasar, Menengah dan Kebudayaan Anies Baswedan.

Bali saat itu mendapatkan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia untuk 12 karya budayanya, sembilan diantaranya tarian dan tiga karya budaya lainnya adalah berupa Kain Gringsing Tenganan, Seni Lukis Kamasan, dan Tenun Endek Bali.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan di sela-sela acara seminar tentang subak di Denpasar belum lama ini juga menyatakan sangat berharap sembilan tari yang diusulkan itu agar benar-benar ditetapkan oleh UNESCO.

“Kami mohon doa semua pihak mudah-mudahan itu akan ditetapkan. Namun sejauh ini kami belum mendapatkan bocoran terkait itu, mudah-mudahan jadi,” ujar Kacung Marijan.

Artikel ini ditulis oleh: