Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/7). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan peraturan nomor 19/POJK.04/2015 tentang penertiban dan persyaratan reksa dana syariah dimana salah satu isi peraturan tersebut adalah dengan diperbolehkannya produk reksa dana syariah berbasis efek syariah luar negeri untuk berinvestasi penuh pada pasar modal di luar negeri. ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc/16.

Jakarta, Aktual.com – Aksi super damai sebagai Gerakan Bela Islam III pada Jumat (2/12) lalu atau aksi 212 sudah menunjukkan ke mata publik, termasuk di mata para investor bahwa aksi yang digelar umat Islam itu memang super damai.

Untuk itu, menurut pengamat ekomoni senior dari INDEF, Didik J. Rachbini,aksi super damai itu jangan lagi dipolitisir oleh beberapa pihak yang tak bertanggung jawab, sehingga membuat aksi damai itu tercoreng sekaligus menakut-nakuti investor.

“Saat ini kita butuh investasi. Terutama investasi langsung. Apalagi kita ini masih merupakan 10 besar negara yang paling diminati. Untuk itu harus dijaga. Makanya, aksi damai dari umat Islam kemarin jangan lagi dipolitisir,” tandas Didik di acara diskusi ‘Masa Depan Ekonomi Indonesia’, di Jakarta, Kamis (8/12).

Dirinya sangat mengapresiasi aksi damai Bela Islam III itu. Justru umat Islam telah menunjukkan posisinya sebagai mayoritas itu cinta damai.

“Apalagi seperti kata Kapolri (Jenderal Tito Karnavian), istilahnya, tidak ada satu dahan pun yang patah. Untuk menganalogikan kedamaian itu. Makanya, jangan dipolitisir terlalu jauh lagi (oleh kelompok anti Islam), seolah-olah investor ketakutan,” papar Didik.

Namun demikian, dia sendiri mengakui, kenyamanan pihak investor itu perlu diprioritaskan. Jangan lagi diganggu-ganggu dengan isu-isu politis yang menjadi sentimen negatif.

“Stabilitas politik itu penting. Tapi jika tak dikelola, seperti kuda liar. Bisa kacau,” tegasnya.

Bahkan Didik juga menyindir seorang calon gubernur yang bermasalah yaitu Gunernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), jangan seolah-olah terus dilindungi, seakan-akan kalau Ahok jatuh perekonomian akan kacau.

“Itu (pemimpin jatuh) biasa. Kalau ada satu gubernur yang punya masalah jangan diperluas seolah mengganggu investasi. Karena sebelumnya, pemimpin yang jatuh toh ke perekonomian tak apa-apa,” jelasnya.

Untuk itu, kata dia, justru saat ini pemerintah harus kreatif untuk menggenjot investor terutama Foreign Direct Investment (FDI) agar diundang investor besarnya.

“Istilahnya, pegang kepala naganya untuk datang ke kita, kasih karpet merah dengan insentif. Maka ekornya (investor lain) pasti akan datang,” tegas dia.

Karpet merah itu berupa pemberian jaminan kepastian hukum, juga insentif pajak lainnya. “Datangi saja ke New York, Tokyo, London dan pusat investasi lainnya. Agar mereka mau datang. Sejauh ini sudah dilakukan tapi belum optimal,” tegas Didik.

Sebagai informasi, aksi super damai 212 yang diikuti jutaan umat Islam itu untuk sholat Jumat berjamaah berlangsung sangat damai. Dari Subuh sudah memenuhi kawasan Monas tapi sekitar pukul 16.00 sudah sepi dengan membubarkan diri.(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid