Jakarta, Aktual.co —Isu Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) tidak dibahas di Pertemuan Pejabat Tingkat Tinggi (Senior Official Meeting) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika, yang digelar hari ini, Minggu (19/4).
Disampaikan Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jaafari, hal itu merupakan permintaan khusus dari Indonesia sendiri.
“Secara tekstual tidak ada (pembahasan IS), namun tentu ada pembahasan mengenai terorisme secara umum,” kata dia, di Jakarta, Minggu (19/4).
Padahal, kata Jaafari, ada keterlibatan warga dari sekitar 62 negara dalam ISIS. Sehingga diperlukan kerja sama banyak pihak untuk mencegah sikap-sikap seperti itu.
Ditegaskan dia, keterlibatan warga dari 62 negara tersebut tidak mewakili negaranya masing-masing, melainkan hanya mewakili individu.
Fenomena terorisme, ujar dia, bukan sebuah reaksi sikap sektarian dari kelompok yang berseberangan. Melainkan merupakan sebuah tindakan biadab anti kemanusiaan.
“Kita saksikan di Irak terutama, provinsi-provinsi yang menjadi korban IS adalah provinsi-provinsi Sunni, sehingga bukan karena konflik Sunni-Syiah karena semua juga ikut dirugikan oleh IS,” ucap dia.
Di Irak, tutur dia, juga ada pemeluk agama lain yang terkena dampak dari ISIS. Seperti Yazidi dan agama-agama lain, di mana para penganut agama-agama tersebut ada yang dibakar dan dibunuh.
“Ketika kita menyaksikan adanya pembunuhan, pemotongan kepala warga-warga tidak berdosa, penganiayaan kepada anak-anak kecil, maka tidak perlu lagi kami jelaskan kekejaman ISIS, kita semua menyaksikan kekejaman itu,” ucap dia.
Artikel ini ditulis oleh:

















