Tanpa banyak publikasi, Indonesia ternyata telah mengekspor produk telekomunikasi seperti kabel dan konduktor ke Irak. Infrastruktur telekomunikasi Irak yang rusak, usang, dan terbengkalai akibat konflik berkepanjangan di negeri itu memang membutuhkan banyak infrastruktur baru. Indonesia berusaha mengisi kekosongan itu.
Demikian diungkapkan Marketing Export Dept. Manager dari perusahaan PT. Voksel Electric Tbk, Harris Wijaya, kepada wartawan Aktual.com, Satrio Arismunandar, dari Baghdad, Senin (2/10). Harris bersama Account Manager Iwan Kusuma datang mewakili perusahaannya di pameran perdagangan Baghdad International Fair ke-42 di Irak.
Menurut Harris, dalam kontrak terakhir dari awal 2014 hingga Mei 2014, nilai kontrak yang diperoleh perusahaannya mencapai 12 juta dollar AS. Sedangkan kalau dihitung sejak awal keterlibatan di Irak, bisa mencapai 20 juta dollar AS. Sekarang Harris sedang berusaha untuk meraih kontrak baru. “Kami masih negosiasi tentang term of payment,” ujarnya.
“Kami sudah sejak 2008 berusaha mengekspor ke Irak, namun baru tahun 2012 tercapai deal. Persoalannya, masih banyak bank yang menganggap Irak sebagai negara berisiko, sehingga sangat sedikit bank di Indonesia yang mau menerima LC dari Irak. BRI itu responsif, karena sudah punya korespondensi dengan Irak. Tetapi kalau Bank Mandiri lambat. Padahal peluangnya bagus. Seharusnya Bank Indonesia memberi arahan pada bank-bank itu, tentang seberapa jauh Irak ini dianggap negara berisiko,” tuturnya.
Tentang situasi yang dianggap belum stabil di Irak, Harris berpendapat, justru dalam kondisi demikianlah terdapat peluang bagi perusahaannya. Perusahaan-perusahaan besar dari Amerika dan Eropa masih menahan diri untuk masuk ke Irak. “Tetapi jika kondisi sudah benar-benar pulih, raksasa-raksasa itu akan masuk ke Irak dan akan makin sulit bagi kita untuk bersaing melawan mereka,” jelas Harris, yang sudah tiga kali berkunjung ke Irak.
Artikel ini ditulis oleh: