Jakarta, Aktual.com – Pemerintah Indonesia melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memutuskan kerjasama dengan JP Morgan Chase Bank NA per 1 Januari 2017. Pemutusan kerjasama dengan lembaga riset asal Amerika Serikat terkait hasil risetnya yang dianggap dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Pemutusan kerjasama ini oleh beberapa pihak dinilai sebagai bukti bahwa fundamental ekonomi nasional bermasalah. Meski pertumbuhan ekonomi cukup tinggi 5,0 hingga 5,1 persen namun dalam kenyataannya tidak berdampak positif bagi penguatan ekonomi domestik.
“Ini sebenarnya ujian bagi pemerintahan Jokowi, ujian bagi tim ekonomi, apakah benar kondisi ekonomi yang dihadapi sedang sulit,” terang pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, saat dihubungi Aktual, Selasa (3/1).
Disampaikan, munculnya isu perombakan (reshuffle) kabinet lanjutan pada awal tahun 2017 ini patut diduga berkaitan dengan kinerja tim ekonomi pemerintah. Dalam hal ini kinerja menteri dibawah komando Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution.
Pemerintah, seharusnya berlaku terbuka dan menjelaskan kepada publik terhadap penilaian atau hasil riset yang dilakukan JP Morgan. Apakah benar memang kondisinya demikian sehingga harus memutuskan kerjasama yang sudah terjalin selama ini.
Apalagi, kata Hendri, pemerintah menyatakan pertumbuhan ekonomi nasional cukup baik. Hal yang semestinya berdampak positif pula bagi kehidupan masyarakat.
“Riset JP Morgan itu kan bersifat ilmiah, dijawab saja jangan ada yang ditutup-tutupi. Kalau ditutup-tutupi terus, publik akan berasumsi macam-macam,” jelasnya.
Untuk diketahui, baru-baru ini beredar surat dari Kemenkeu soal pemutusan kontrak dengan JP Morhan sebagai bank persepsi. Surat tertanggal 9 Desember 2016 itu ditandatangani oleh Dirjen Perbendaharaan Negara Marwanto Harjowiryono.
Pemutusan kerjasama berlaku efektif per 1 Januari 2017. Hasil riset JP Morgan dianggap berpotensi menciptakan gangguan stabilitas sistem keuangan nasional.
JP Morgan mengawali paparan risetnya dengan menjelaskan Trump Effect. Keterpilihan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat diperkirakan akan membuat pasar keuangan dunia, terutama di negara-negara berkembang mengalami gejolak.
Khusus ekonomi di Indonesia, JP Morgan menyatakan kondisinya berada pada level cukup buruk dari overweight menjadi underweight. Underweight berarti dibawah ekspektasi atau diperkirakan lebih buruk.
Laporan: Sumitro
Artikel ini ditulis oleh: