Jakarta, Aktual.com — Ekonom Syariah Affan Rangkuti menilai industri umrah memiliki potensi pendapatan negara sebesar Rp7,2 triliun per tahun jika adanya penguatan industri nasional yang terhubung ke bidang ini.

“Jika pemerintah sudah bisa intensif memanfaatkan industri jasa sepanjang masa ini dengan serius, maka minimal Rp7,2 triliun per tahun bisa tercapai bahkan bisa dua atau tiga kali lipatnya,” kata Affan dalam pesan singkatnya, Minggu (14/2).

Bukan tanpa alasan, karena dari data yang dimiliki olehnya, dengan 600 ribu jemaah umrah, akan terakumulasi sekitar Rp12 triliun dalam satu kali umrah dengan asumsi rata-rata biaya umrah sebesar Rp20 juta per orang.

“Pembiyaan terbesar lebih 80 persen pun tersedot pada usaha perhotelan dan penerbangan, sedangkan sisanya terserap untuk hal-hal pendukung,” ujarnya.

Potensi sebesar Rp7,2 triliun pertahun ini dapat digenjot dengan memperkuat dan meregulasikan pemakaian maskapai penerbangan nasional dengan potensi pendapatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Potensi yang besar ini juga menyebabkan maskapai penerbangan Timur Tengah, agresif melirik industri jasa umrah tanah air, apalagi pemerintah Arab Saudi akan mengelontorkan 1,5 juta visa untuk umrah tanah air pada tahun ini,” ujarnya.

Karenanya, tambah dia, kecenderungan biro perjalanan wisata nasional khususnya untuk haji khusus, dan umrah yang lebih banyak menggunakan maskapai penerbangan asing daripada maskapai nasional perlu dilihat sebagai sesuatu yang penting.

“Ini juga perlu dikaji mendalam manfaatnya apa bagi negara,” ucapnya.

Selain memperkuat dan memberlakukan pemakaian maskapai penerbangan nasional untuk umrah, Indonesia juga dapat meningkatkan industri kecil menengah pengrajin batik dan tekstil untuk memproduksi kain ihram, kemudahan prosedur pinjaman lunak bagi pelaku industri kecil menegah.

“Kebijakan membawa industri wisata nasional juga penting, memperkenalkan dan membawa wisatawan luar negeri ke Indonesia melalui program umrah barter,” tuturnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Nebby