Ekonom Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Center of Law and Economic (Celios), Bhima Yudhistira menilai inflasi yang terjadi pada Desember 2021 lebih didorong oleh sisi penawaran (cost push inflation) ketimbang oleh sisi pemulihan permintaan.

“Contohnya soal harga pangan seperti minyak goreng itu karena harga CPO-nya (Crude Palm Oil) liar di pasar internasional, akhirnya diteruskan ke konsumen domestik. Begitu juga soal cabai karena faktor cuaca akhirnya produksi terganggu,” kata Bhima saat dihubungi Aktual.com di Jakarta, Selasa (4/1/2022).

Selain itu, menurutnya, kebijakan pemerintah menaikkan harga gas LPG turut mendorong terjadi inflasi pada Desember 2021.

Dengan demikian, Bhima menilai inflasi yang terjadi pada Desember 2021 bukanlah inflasi yang sehat.

“Belum bisa dikatakan inflasi yang terjadi di Desember adalah inflasi yang sehat,” ujar dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Desember 2021 merupakan yang tertinggi untuk pertama kalinya sejak pandemi sebesar 0,57 persen (month-to-month/mtm). Sementara inflasi tahunan pada Desember 2021 tercatat sebesar 1,87 persen (year-on-year/yoy).

“Inflasi pada Desember ini tercatat sebagai inflasi tertinggi selama 2 tahun terakhir,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin (3/1/2022) kemarin.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil sebesar 0,41 persen.

Pada kelompok itu, komoditas pendorong utama inflasi di antaranya cabai rawit, minyak goreng, dan telur ayam ras, dengan andil terhadap inflasi masing-masingnya sebesar 0,11 persen, 0,8 persen, dan 0,05 persen.

Artikel ini ditulis oleh:

A. Hilmi