Jember, Aktual.com – Angka inflasi bulan September 2015 di Kabupaten Jember yang mencapai 0,29 persen melebihi angka inflasi di Jawa Timur pada bulan sama sebesar 0,24 persen.

“Tingginya angka inflasi disumbang kelompok makanan jadi, minuman dan rokok, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga,” kata Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi (TPID) Jember, Achmad Bunyamin, usai melakukan rapat koordinasi TPID di Kantor Bank Indonesia Jember, Senin (5/10).

Secara bulanan, seluruh kabupaten/kota IHK di Jatim mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Jember sebesar 0,29 persen, diikuti oleh Kediri (0,26 persen), Surabaya (0,26 persen), Probolinggo (0,23 persen), Banyuwangi (0,21 persen), Malang (0,21 persen), Madiun (0,15 persen) dan terendah di Sumenep (0,13 persen).

Menurutnya, kelompok inflasi inti tercatat mengalami inflasi sebesar 0,42 persen atau menyumbang inflasi sebesar 0,24 persen karena kenaikan biaya pendidikan pada tingkat akademi/perguruan tinggi sebesar 6,49 persen dan bimbingan belajar 7,76 persen.

“Kenaikan harga emas perhiasan juga menyumbang angka inflasi sebesar 4,28 persen, dan beberapa jenis perlengkapan rumah tangga juga menjadi pemicu tingginya inflasi di Jember,” tuturnya.

Sedangkan kelompok komponen yang bergejolak mengalami koreksi harga sebesar 0,12 persen atau menyumbang deflasi sebesar 0,02 persen karena menurunnya harga komoditas daging ayam ras (-16,92 persen), daging ayam kampung (-3,54 persen) dan juga telur ayam ras (-2,57 persen).

“Pasokan sejumlah komoditas di pasar juga tinggi sehingga menyebabkan harga turun pada bawang merah (-3,46 persen), cabai merah (-15,84 persen), cabai rawit (-30,03 persen) dan beberapa komoditas lainnya,” paparnya.

Achmad Bunyamin yang juga Kepala Perwakilan BI Jember itu mengatakan turunnnya harga Pertamax dari RpRp 9.300 menjadi Rp 9.100 dan penyesuaian tarif listrik untuk semua kelompok pelanggan dengan rata-rata penurunan sebesar 1,4 persen belum dapat menahan laju inflasi di Jember.

“Penurunan harga minyak dunia diharapkan akan memberikan tendensi terhadap harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia. Jika harga BBM turun maka dapat menurunkan inflasi,” katanya.

Apabila pelemahan nilai tukar rupiah masih terus berlanjut dan kenaikan harga barang impor atau yang berbahan baku impor dapat memberikan andil terhadap inflasi.

“Perlu ada pemetaan risiko inflasi dan langkah-langkah yang komprehensif untuk mengendalikan laju inflasi bulan Oktober 2015,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh: