Petugas melayani konsumen mengisi pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU), Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Sabtu (27/1/2018). PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak umum jenis Pertalite sebesar Rp 100 per liter dari harga Rp 7.500 menjadi Rp 7.600 per liter. Kenaikan harga Pertalite menyesuaikan perkembangan harga minyak dunia. Pasalnya, harga BBM jenis ini tidak diatur pemerintah dan murni bisnis dari Pertamina. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut kenaikan harga cabai merah menjadi salah satu pemicu inflasi pada Oktober 2018 sebesar 0,28%.

Hal ini dikatakan oleh Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Kamis (1/11).

“Harga cabai merah ini memberikan andil inflasi 0,09% pada kelompok bahan makanan,” kata Suhariyanto dalam jumpa pers.

Suhariyanto menambahkan komoditas lain yang ikut menjadi penyebab inflasi adalah bensin jenis Pertamax, Pertamax Turbo maupun Pertalite, tarif sewa rumah dan beras.

Selain itu, kenaikan harga juga terjadi untuk jeruk, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, besi beton, tarif kontrak rumah, semen, upah pembantu rumah tangga, emas perhiasan dan tarif jalan tol.

Komoditas yang menekan inflasi karena mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi pada Oktober 2018, adalah telur ayam ras, tarif angkutan udara, bawang merah dan daging ayam ras.

Ia menjelaskan kelompok sandang mengalami inflasi tinggi pada Oktober 2018 yaitu mencapai 0,54% diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,42%.

“Inflasi paling besar dari kelompok perumahan berasal dari andil tarif sewa rumah yang menyumbang 0,03% serta tarif kontrak rumah, semen dan besi beton masing-masing 0,01%,” katanya.

Kemudian, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat inflasi 0,27% dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,26%.

“Kenaikan bensin nonsubsidi menyumbang andil 0,06%, karena tanggal 10 (Oktober) ada kenaikan Pertamax Rp700-Rp900, Pertamax Turbo Rp1.350-Rp1.500, sementara Pertalite ada yang naik dan turun,” katanya.

Kelompok bahan makanan ikut mengalami inflasi 0,15%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,09% dan kelompok kesehatan 0,06% Dengan demikian, tingkat inflasi pada tahun kalender Januari-Oktober 2018 tercatat sebesar 2,22% dan inflasi dari tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,16%.

Meski relatif rendah, inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen ini masih lebih tinggi dari periode 2016 sebesar 0,14 persen dan 2017 sebesar 0,01 persen.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen, BPS juga mencatat sebanyak 66 kota mengalami inflasi dan 16 kota menyumbang deflasi pada Oktober 2018.

Inflasi tinggi terjadi di Palu sebesar 2,27%, dan rendah terjadi di Cilegon 0,01%. Sedangkan deflasi tinggi terjadi di Bengkulu 0,74% dan rendah di Tangerang 0,01%.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan