Jakarta, Aktual.com — Pusat Arkeologi Nasional memprogramkan “Rumah Peradaban” untuk menginformasikan hasil penelitian kepada masyarakat, kata Kepala Pusat Arkeologi Nasional, I Made Geria.

“Selama ini terkesan hasil riset hanya untuk kepentingan akademis, melalui rumah peradaban ini kami mencoba terobosan baru untuk menginformasikan kepada masyarakat,” katanya di Magelang, Jumat (13/11).

Made Geria mengatakan, hal tersebut usai menjadi pembicara pada ‘Borobudur Writers and Culture Festival (BWCS)’ di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur dengan menyampaikan hasil penelitian Situs Tambora.

Menurut dia, program tersebut bakal dimulai tahun 2016. Rumah peradaban di Nusantara itu bentuknya bukan fisik saja, tetapi bisa sebuah media interaksi antara masyarakat atau komunitas sehingga budaya peradaban masa lalu itu tetap hidup untuk menguatkan pembangunan karakter masyarakat.

“Jadi untuk menguatkan pemahaman yang juga bagian dari revolusi mental, restorasi sosial masyarakat terhadap pemikiran persatuan dan pluralisme yang belum kuat,” katanya.

Ia menuturkan kegiatan itu bisa berupa forum diskusi di masyarakat, menggalakkan penelitian bekerja sama dengan masyarakat, dan mungkin ada di suatu kawasan tertentu perlu ada konservasi peradaban sebagai media pendidikan, sebagai alat peraga pendidikan anak-anak sekolah.

Made Geria mencontohkan Karawang Jawa Barat merupakan daerah penghasil beras di Indonesia, tetapi diserbu oleh pembangunan. Di sana ada Desa Medarsari yang masih melestarikan subak (ulu-ulu), punya sumber air, rumah tradisional. Alangkah baiknya pemerintah menjadikan hal itu sebagai laboratorium lapangan supaya anak-anak belajar tentang sawah.

“Boleh saja Karawang menjadi kota moderen tetapi tanaman padinya masih ada. Hal ini sebagai bukti bahwa daerah tersebut sebagai penghasil beras di Indonesia,” katanya.

Dikatakan, dalam melakukan konservasi bersinergi dengan lembaga lain, kalau di daerah mungkin pemerintah daerah menyediakan tempat, maka Pusat Arkeologi Nasional melalui sejumlah Balai Arkeologi yang ada di daerah menghidupkan lagi peradaban yang ada.

Ia menuturkan di Situs Tambora pihaknya membuat film yang juga melibatkan masyarakat untuk bermain film, jadi mereka ikut melestarikan dan menjaga kawasan yang terbuka tersebut.

Artikel ini ditulis oleh: