Jakarta, Aktual.com – Asosiasi Ekonomi-Politik Indonesia (AEPI) meminta komitmen pemangku kebijakan, khususnya Presiden Jokowi agar memilih Dirut Pertamina yang terbebas bayang bayang mafia.
Pegiat AEPI, Dani Setiawan menuturkan, hendaknya orang yang ditunjuk nantinya merupakan orang yang memiliki jiwa patriot yang tinggi dan jejak rekam yang baik.
“Untuk melepaskan dari cengkraman para pemburu rente, maka dibutuhkan komitmen dari pemangku kebijakan untuk menunjuk orang orang profesional dan bukan dari mafia,” kata Dani kepada Aktual.com, di Jakarta, Selasa (28/2).
Dani berharap, hendaknya kegoncangan yang terjadi di dalam tubuh pertamina saat ini harus dijadikan momentum evaluasi mendasar untuk membersihkan unsur petinggi Pertamina dari berbagai tarik menarik kepentingan. Sebab secara nyata dia melihat pencopotan Dwi Soetjipto dan Ahmad Bambang dari jabatan Dirut dan Wadirut merupakan bagian dari pergolakan gesekan kepentingan.
Oleh karena itu tegasnya, Presiden harus teliti dan mendalami setiap jejak rekam nama nama yang disodorkan oleh Menteri BUMN kepadanya untuk disetujui menjadi pucuk pimpinan di Pertamina.
“Ini momentum untuk memperbaiki. yaang terjadi perusahan ini diurus secara serampangan dan tidak transparan,” tandas Dani.
Untuk diketahui, dari nama kandidat Dirut Pertamina yang muncul ke permukaan publik, nama Rachmat Hardadi sepertinya perlu mendapat sorotan dan ketelitian dari Presiden sebagaimana yang dimaksud oleh Dani.
Pasalnya, pada saat skandal impor minyak oplosan dari Glencore, sewaktu itu Hardadi masih menjabat sebagai Direktur Pengolahan, dia tidak bersedia mengungkapkan dampak kerugian atas biaya yang dikeluarkan akibat upaya antisipasi ganguan pada produksi.
Saat itu dia berkilah sedang melakukan evaluasi, namun hingga saat ini angka kerugian itu disembunyikan dari publik dan kasus Glencore tidak ada penyelesaian secara transparan.
“Sedang kita evaluasi, sekarang kita lagi dalami. Yang penting produksinya tetap jalan dan tidak berpengaruh karena stok crudenya kita banyak, jadi dipastikan tidak ada gangguan,” kata Hardadi kala itu.
Untuk di ingat, sisem skandal Gelncore mengirim minyak jenis Sarir dam Mesla tidak sesuai komposisi kesepakatan dalam tender. minyak yang berasal dari negara Libya itu seharusnya memiliki kandungan komposisi 70 persen Sarir dan 30 persen Mesla.
“Jadi kemaren komposisinya terbalik, maka kita pending. Kapal yang di Balikpapan sudah bertolak keluar Indonesia, dia ke Singapura. Saya lupa sejak tanggal berapa itu. Tapi kalau yang tujuan Dumai, dia nggak jadi, putar balik di jalan,” kata Vice President ISC Pertamina, Daniel Purba.
(Laporan: Dadangsah Dapunta)
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka