Jakarta, Aktual.com — Direktur Global Future Institut, Hendrajit, memprediksi manuver mantan Kepala BIN Hendropriyono akan semakin liar menyusul terpilihnya Sotiyoso menjadi Kepala BIN.

“Prediksi saya, begitu friksi antara Sutiyoso versus Hendro ini makin menajam, maka konflik internal antar faksi di dalam tubuh intelijen makin menajam. Dan ini, akan meluas menjadi friksi di internal angkatan darat,” kata Hendrajit dalam akun facebooknya, Senin (13/7).

Dijelaskan, friksi internal angkatan darat dan intelijen inilah yang akan memantik kerusuhan sosial di masyarakat kita karena prakondisi berupa kemiskinan, jurang kaya-miskin, sentimen anti Cina yang seperti bara dalam sekamm, macetnya sektor riil perekonomian kita, sudah terjadi dalam beberapa waktu lalu. Sehingga friksi di internal TNI maupun intelijen, akan dengan mudah menyulut prakondisi kenegaraan kita yang lagi terpuruk dan carut marut itu.

“Maka itu, meski saya tidak mempercayai berita yang dilansir oleh VOA Islam terkait peringatan Hendro kepada Sutiyoso, namun saya yakin berita ini dilansir dengan pertimbangan-pertimbangan yang mendapat masukan dari sudut pandang intelijen,”

“Misalnya saja, mengapa Hendro mengaitkan skenario pengambil-alihan kekuasaan Jokowi lewat Dewan Ketahanan Nasional dengan mengikutsertakan Chairul Tanjung, Sri Mulyani, Kuntoro Mangkusubroto, Dorodjatun Kuntjorojakti, Boediono, Sri Edy Swasono, Ginanjar Kartasasmita, Gembong Suryosulisto, Christianto Wibisono dan beberapa tokoh lainnya?” tambahnya.

Dirinya mempertanyakan apakah Ini bocoran informasi yang bertujuan agar rencana semacam ini digagalkan, atau justru provokasi agar terjadi percepatan yang mengisyaratkan bahwa Hendro sudah bergabung dengan kelompok Neolib yang pro AS dan dekat SBY ini sudah kepepet.

Dirinya juga masih meragukan berita dari VOA Islam tersebut. Namun dalam analisis intelijen, apa yang disebut dengan ‘informasoi serat’ (Informasi lapis luar) tidak boleh diabaikan, atau bahkan gosip politik. Pasalnya, hal itu juga merupakan petunjuk tersembunyi.

Sebelumnya, Hendropriyono mengingatkan Sutiyoso untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis seperti tahun 1987.

Bahkan, Hendro menyarankan Dewan Ketahanan Nasional (wantannas) membuat Kirkastra (Perkiraan Keadaan Strategis) dalam bentuk Perkiraan cepat (Kirpat) untuk Presiden Jokowi, dengan mengajak masuk para pakar dan figur berpengalaman. Diantaranya, Sri Mulyani, Kuntoro Mangkusubroto, Christianto Wibisono, dan Ginanjar Kartasasmita.

“Kecenderungan krisis lagi hanya mungkin, jika terjadi adanya rush terhadap perbankan nasional. Kemudian demonstrasi besar di pusat dan di berbagai daerah. Selain itu indikasi ekonomi kita yang melambat, antara lain terlihat dari nilai transaksi yang sampai drop 18 persen. Ada 17 pabrik sarung Majalaya yang tutup, karena tidak mampu lagi beli bahan baku importnya,” kata Hendropriyono.

Artikel ini ditulis oleh: