Perdana Menteri Inggris Boris Johnson serta Presiden Finlandia Sauli Niinisto dan hadirin bertepuk tangan setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy berbicara melalui tautan video, pada pertemuan para pemimpin Pasukan Ekspedisi Gabungan, sebuah koalisi 10 negara bagian yang berfokus pada keamanan di Eropa utara, Lancaster House di London, Inggris, Selasa (15/3/2022). ANTARA FOTO/Justin Tallis/Pool via REUTERS/pras/sad (REUTERS/POOL)

London, aktual.com – Inggris dan para sekutu sepakat untuk mengirimkan lebih banyak dukungan tempur ke Ukraina guna membantu negara itu mempertahankan diri dari invasi Rusia, kata Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace, Kamis (31/3).

“Ada lebih banyak bantuan alat tempur yang akan dikirimkan ke Ukraina. Beberapa negara sudah bergerak maju, baik dengan ide-ide baru ataupun janji untuk memberikan bantuan baru berupa dana,” kata Wallace.

Pernyataan itu disampaikan Wallace kepada para wartawan setelah ia menjadi tuan rumah bagi 35 mitra internasional pada pertemuan kedua Konferensi Internasional Donor Pertahanan untuk Ukraina (IDDCU).

Bantuan tempur itu akan termasuk penyediaan sistem pertahanan udara dan pantai, artileri jarak jauh dan kemampuan artileri pembalas, kendaraan lapis baja, serta penambahan pelatihan dan dukungan logistik.

“Konferensi donor hari ini memperlihatkan tekad masyarakat internasional untuk membantu Ukraina dalam menghadapi invasi ilegal dan tanpa sebab yang dilakukan Presiden Putin melalui pasukan Rusia,” kata Wallace melalui pernyataan yang dikeluarkan kemudian.

“Kami sedang meningkatkan koordinasi untuk menambah dukungan militer serta memastikan bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina semakin kuat saat mereka terus berjuang mengusir pasukan Rusia,” ujarnya.

Moskow menyebut invasi yang diluncurkan pada 24 Februari itu sebagai “operasi militer khusus”.

Operasi khusus tersebut, kata pemerintah Rusia, dilakukan untuk melucuti militer Ukraina dan membersihkan negara tetangganya itu dari pengaruh Nazi.

Ukraina dan negara-negara Barat menyebut pernyataan Moskow itu sebagai alasan tak berdasar untuk melancarkan perang.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Rizky Zulkarnain