Jakarta, Aktual.com — PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) benar-benar akan segera menguasai seluruh kepemilikan saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT). Lewat pemiliknya Arifin Panigoro mengatakan pihaknya tengah menyiapkan modal yang tak sedikit untuk mewujudkan hal tersebut. Sehingga ia bersama konsorsium harus mencari pinjaman ke berbagai bank, baik dalam maupun luar negeri.
“Dalam dan luar, banyak benar duitnya, (Apakah Bank Mandiri termasuk?) Ya, itu salah satunya,” ujar Arifin, di Kantor Ditjen Pajak, Selasa (5/4).
Dengan pernyataan Arifin semakin menguatkan pemberitaan aktual.com sebelumnya yang memberitakan Bank Mandiri secara terselubung telah memberikan pinjaman USD395.000.000 atau Rp5,1 triliun kepada Medco Group melalui PT Medco E&P Tomori senilai USD50.000.000, PT Medco Energy International TBK USD245.000.000 dan PT Medco Energi Internasional USD100.000.000.
Padahal uang pinjaman dari Bank Mandiri tersebut berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar USD3 miliar kepada 3 Bank BUMN (termasuk Bank Mandiri), yang menurut Pemerintah diperuntukan sebagai modal pembangunan infrastruktur.
Siapa sajakah konsorsium yang dikatakan Arifin Panigoro? Berdasarkan pemberitaan yang berkembang konsorsium tersebut melibatkan Agus Projosasmito (mantan investment banker yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di pasar modal Indonesia), Kiki Barki (Pemiliki PT Harum Energy Tbk) dan Yu Tjin alias Sudjono Timan (Menantu Kiki Barki, dan pernah terlibat kasus BLBI).
Berikut ini Profil Konsorsium yang aktual.com himpun dari berbagai sumber:
1. Agus Projosasmito
Dia adalah mantan Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas, memang bukan sejenis kutu loncat. Gaji tinggi serta berbagai fasilitas yang disediakan Danareksa boleh dibilang lebih dari cukup. Tapi, apa mau dikata, tawaran manis yang disodorkan Mandiri Sekuritas telah menggodanya untuk pindah ke lembaga keuangan milik Bank Mandiri tersebut.
Yang tak kalah menarik, bahwa sebagian besar dari 58 orang yang ikut program rasionalisasi di Danareksa ikut Agus hijrah ke Mandiri Sekuritas. Selain itu, Mandiri Sekuritas juga mendapat tambahan beberapa tenaga professional dari PT Bahana. Jadi, Agus Projo mengajak profesional di Danareksa dan beberapa dari Bahana untuk bedol desa ke Mandiri Sekuritas. Apalagi, para profesional itu sudah tidak betah di kantor lamanya akibat tak cocok dengan manajemen baru.
Setelah melalui proses tender terbatas, pilihan akhirnya jatuh pada proposal yang diajukan tim yang dipimpin Agus Projosamito. Tim Agus Projo efektif bekerja awal desember 2001. Untuk memudahkan menjalankan program, Agus Projo menduduki kursi Direktur Utama Mandiri Sekuritas.
2. Sudjono Timan
Sudjiono Timan (lahir di Jakarta, 9 Mei 1959) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Dari tahun 1995 hingga 1997 ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI). Mahkamah Agung pada tahun 2013 lalu membebaskan Timan dari segala tuduhan terkait dugaan korupsi BPUI. Putusan tersebut juga menganulir putusan kasasi yang memvonis Timan 15 tahun dan denda Rp50 juta.
Sebelumnya, Timan dianggap menyalagunakan kewenangannya sebagai direktur utama BPUI dengan cara memberikan pinjaman kepada Festival Company Inc. sebesar 67 juta dolar AS, Penta Investment Ltd sebesar 19 juta dolar AS, KAFL sebesar 34 juta dolar AS, dan dana pinjaman Pemerintah (RDI) Rp98,7 miliar sehingga negara mengalami kerugian keuangan sekitar 120 juta dolar AS dan 98,7 dolar singapura
Pada pengadilan tingkat pertama di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Timan dibebaskan dari tuntutan hukum karena perbuatannya dinilai bukan tindak pidana. Menanggapi vonis bebas tersebut, Jaksa Penuntut Umum mengajukan kasasi ke tingkat MA.
Pada Jumat, 3 Desember 2004, Majelis Kasasi Mahkamah Agung (MA) yang dipimpin oleh Ketua MA Bagir Manan memvonis Sudjiono Timan dengan hukuman 15 tahun penjara, denda Rp50 juta, dan membayar uang pengganti sebesar Rp369 miliar.
Namun, kemudian istri Sudjiono Timan selaku ahli waris mengajukan Peninjauan Kembali di tingkat MA. Majelis Peninjauan Kembali Mahkamah Agung pada 13 Juli 2013 menilai terdapat kekeliruan dalam putusan kasasi dan melepaskan Sudjiono Timan dari segala tuntutan hukum.
3. Kiki Barki Makmur
Adalah Mertua dari Sudjono Timan. Ia juga merupakan pengusaha nasional batu bara yang akhir-akhir ini kegiatannya dikancah politik Indonesia patut ditelaah oleh kalangan dunia usaha Nasional ataupun International. Konon awalnya WNI Keturunan Tiongkok dari Kebupaten Hokcia itu tinggal di Bandung, saat MS Hidayat menjabat Ketua Umum Kadin Indonesia, Kiki Barki Makmur ditunjuk selaku Ketua KIKC (Kadin Indonesia Komite China) organisasi underbound Kadin yang bergengsi, segera setelah itu Kiki Barki Makmur tiap saat dapat dipantau kegiatannya di media, dengan dukungan para sahabatnya kelompok Hokcia yang dikelola oleh Bandar SDSB Didi Dawis bersaudara dan kelompoknya
Ada yang mengatakan, Kiki Barki Makmur pernah memiliki Izin Tambang di Vietnam berkongsi dengan Sofian Wanandi (Tokoh CSIS-USA ) dan Robby Sumampau (Pengusaha kepercayaan alm Jenderal Benny Murdhani) dan Pramono Anung sebagai professional yang kini sebagai politisi PDIP dan tengah menjabat sebagai Sekretaris Kabinet Karja. Kiki Barki Makmur juga memiliki menantu yang “hebat” Sudjono Timan (Yu Tjin), saat itu Direktur Utama BUMN PT Bahana (BPUI) berhasil menggondol uang Negara USD126juta, dituntut 8 tahun penjara, diganjar Mahkamah Agung RI 15 tahun dan kabur, serta konon dipercayai sebagai rekayasa perkawinan dengan putri Kiki Barki Makmur “diceraikan” untuk mengamankan aset keluarganya, demikian juga ada informasi Kiki Barki Makmur banyak membuat broken promise terhadap janji-janji tertulis dan lisan yang pernah diberikan kepada mitra bisnisnya.
Kiki Barki Makmur juga masuk daftar orang terkaya Indonesia 2014 peringkat 43 di Majalah Forbes, dengan keyayaan ditaksir USD680 juta (November 2013), perusahaan tambang batu baranya sudah go-public dan berprospek masa depan yang cerah, serta potensial menjadi pangsa pasar yang menggiurkan bagi pengguna batu bara saat harga minyak mentah dunia lebih dari USD70/Barel.
Membahas Kontroversial Kiki Barki Makmur ini karena kegiatan yang bersangkutan tersebut, telah bertentangan dengan asas filosofi dan budaya warga Tiongkok dimana dia berasal, kalau dikaji dari sejarah budayanya, Kegiatannya aktif di KIKC dan PERPIT (Perhimpunan Pengusaha Indonesia Tiongkok) dan pernah menjadi Staf Khusus Menteri Pertahanan RI, sesungguhnya bertentangan dengan filosofi kenyamanan dan pengamanan seorang pengusaha yang kayaraya, untuk dinasti keluarganya dan kerajaan bisnisnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan