Menurut Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau yang akrab disapa Yenny Wahid, Indonesia saat ini tengah dihantui oleh radikalisme dan intoleransi. “Radikalisme dan intoleransi adalah sesuatu yang berbeda. Radikalisme merupakan tindakan fisik, sedangkan intoleransi tak perlu menggunakan tindakan fisik,” katanya.

Dari survei yang dilakukan oleh Yenny Wahid, saat ini angka radikalisme di Indonesia mencapai 0,4 persen yang melakukan tindakan radikal. “Tapi, mayoritas dari jumlah itu bukanlah pelakukanya, melainkan mereka adalah penyumbang ke organisasi radikal,” katanya.

Walaupun demikian, Yenny tetap optimis bahwa radikalisme dan intoleransi bisa menurun di Indonesia. Ini terbukti bahwa dari hasil riset tersebut, mayoritas masyarakat Indonesia tetap berpegang teguh pada Pancasila. “Negara lain banyak yang iri kepada kita karena kita punya Pancasila. Ini adalah pemersatu kita semua,” katanya.

Acara Dialog Nasional yang digelar Canisius College Alumni Day 2018 merupakan rangkaian acara memperingati 91 tahun Kanisius. Menurut Affan Alamudi, Juru Bicara Perhimpunan Alumni Kolese Kanisius Jakarta, tema Kebhinekaan dipilih karena relevan dengan kondisi saat ini.

“Sekolah Kanisius adalah salah satu pengejewantahan Kebhinekaan. Di dalamnya beragam dan kami tetap bersatu dalam perbedaan itu,” tutupnya.

Dialog Nasional Aplikasi Kehidupan Berbhineka “Kita Adalah Satu Kita Indonesia Kita Pancasila” yang digelar selama tiga jam tersebut dipandu oleh Najwa Shihab dan juga dihadiri cendekiawan muslim Prof Dr. Komaruddin Hidayat, Romo. Prof. Dr. BS Mardiatmadja, dan Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Prof Dr. Jimly Asshiddiqie SH sebagai pembicara.

 

(Wisnu)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara