Rizal Ramli

Jakarta, Aktual.com —  Di hadapan anggota DPR RI, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli mengajak seluruh pejabat Pemerintahan dan Parlemen untuk tidak mudah terlena dengan lobi-lobi pihak PT Freeport Indonesia (PTFI) terkait keberlangsungan kegiatan tambangnya di Tanah Papua. Menurutnya, sudah saatnya Negara ini meningkatkan keuntungan manjadi lebih menguntungkan dari keberadaan PTFI di Indonesia.

“Saya yakin, jika kita sama-sama tidak mudah dilobi atau disuap. Saya yakin mereka akan menyerah. Kita tidak nasionalisasi tapi kalau mereka tidak mau negosiasi ya kembalikan Freeport ke Negara. Saya yakin Freeport mau saja, 60% saja sudah lebih baik daripada nol,” kata Rizal dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, di gedung DPR, Jakarta, Selasa (13/10).

Lebih lanjut, Rizal menceritakan pengalamannya sewaktu berhadapan langsung dengan pemilik induk Freeport, Jim Moffet.

“Tahun 2000 Jim Moffet ketemu saya minta renegosiasi. Kami bilang Presiden, dan saya ditunjuk sebagai ketuanya. Begitu duduk saja, Moffet langsung bilang kalau ‘we are ready to pay 3 billion dollars’. Tapi tolong lupakan sejarah masa lalu di tahun 80an. Dia bersedia bayar 3 miliar dolar,” ungkap Rizal.

Kemudian, Rizal meminta Almarhum Arif Ariman, untuk presentasikan soal Freeport, memaparkan daging dan sumsumnya (bisnis Freeport Indonesia) mengalir ke Freeport McMorran (di AS).

“Akhirnya saya bilang, Jim, USD3 miliar bagi Anda cukup. Saya minta USD5 miliar plus renegosiasi soal limbah, royalti, dan lainnya. Namun karena harus mendapat persetujuan dari Komisaris, saat itu dia (Jim) harus bawa ke Denver untuk minta persetujuan pemegang saham lainnya,” bebernya.

Ia melanjutkan, begitu suasana lebih enak, Jim mengajak pergi ke Colorado dalam melakukan pertemuan berikutnya.

“Jim menawarkan saya musik broadway dan classic ke Colorado, naik pesawat jet pribadi. Saya menolak dan marah, dia sampai mau cium tangan saya dan minta maaf. Dia katakan, I dont want to bribe you. Jim Moffet minta bertemu, sampai sekarang saya tidak mau, buka apa yang terjadi dipertengahan tahun 80-an, disitu dia bisa masuk court system di AS,” tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka