Selain Tuhan Yang Maha Kuasa, nampaknya tak akan ada kekuatan yang mampu mencegah keruntuhan sistem negara era reformasi yang pasti berdampak pada timbulnya perang saudara (Baratayudha).
Bila krisis yang menimpa sebuah negara masih menyentuh aspek politik dan ekonomi, itu masih relatif mudah diatasi. Ada banyak negara di dunia yang sering mengalami krisis ekonomi dan krisis jatuh bangun pemerintahan, tapi masih tetap kokoh berdiri.
Namun, jika sebuah bangsa telah mengalami krisis yang menyentuh jantung kehidupannya, yaitu krisis moralitas dan nilai-nilai yang menjadi panduan kehidupan bernegara, maka kita tak akan mampu mencegah jalannya bangsa tersebut menuju keruntuhannya.
Sejarah mengajarkan, selain invasi bangsa lain dan bencana alam, tenggelamnya sebuah bangsa juga disebabkan karena runtuhnya moralitas dan nilai-nilai, yang mengubah kebersamaan menjadi mementingkan kepentingan individu dan kelompok (agama, suku & parpol), mengubah rasa saling percaya menjadi saling curiga, mengubah persatuan jadi perpecahan.
Karena itu, kita hanya bisa mempercepat dan mengarahkan keruntuhan sistem negara era reformasi yang pasti berdampak pada Baratayudha, untuk tujuan meminimalisir ekses negatif terhadap masa depan bangsa dan negara.
Apapun obat mujarabnya, rasanya saat ini sangat sulit menyembuhkan penyakit bangsa yang telah kronis. Kini, keruntuhan moral dan nilai-nilai telah menimpa mereka yang berkuasa di eksekutif, yudikatif dan legislatif, juga di gerakan masyarakat sipil (LSM & gerakan mahasiswa & intelektual). Bahkan, media massa yang harusnya menjadi kekuatan kontrol independen, tapi justru menjadi alat kepentingan parpol maling.
Tak perlu heran jika terjadi gontok-gontokan antar institusi negara yang lebih buruk dari kebun binatang, lantaran pejabatnya adalah produk yang tak lepas dari sistem dan situasi politik Pemilu 2014 yang diwarnai politik uang.
Ditulis Oleh: Haris Rusly, Petisi 28
Artikel ini ditulis oleh: