Jakarta, Aktual.com – Anggota Dokter Indonesia Bersatu (DIB), dr Agung Sapta Adi SpAn, mengatakan rendahnya anggaran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memiliki dampak signifikan, baik kepada masyarakat maupun para tenaga medis.
Misalnya, kata dia mencontohkan, para dokter bekerja dalam keadaan terjepit. Pasalnya, harus memberikan layanan medis sesuai standar berbasis bukti baru (evidence base medicine/EBM).
“Tapi, kami dibatasi rendahnya kapitasi dan tarif Ina-CBGs,” bebernya di sela aksi DIB di depan Istana, Jakarta Pusat, Senin (29/2).
Ina-CBGs atau Indonesia Case Base Groups merupakan aplikasi yang digunakan rumah sakit untuk mengajukan klaim pada pemerintah.
Kemudian, terjadi disparitas besar terkait penyebaran dokter di Indonesia. Pasalnya, banyak tenaga medis yang memilih tinggal di pusat kota dibanding di daerah, lantaran kecilnya intensif yang diberikan.
“Otonomi daerah melahirkan raja-raja kecil yang dengan seenaknya menindas tenaga kesehatan dengan upah minim, menunda, bahkan memotong pembayaran jasa medis,” bebernya.
Lalu, meningkatnya permasalahan kesehatan. Sebab, jumlah penyakit tidak menular cukup tinggi di Indonesia dan lama dibiarkan.
“Akibatnya, banyak menyita anggaran JKN,” ungkap dokter spesialis anastesi dan reanimasi ini.
Karenanya, DIB pada kesempatan aksi itu, mendesak pemerintah memperbaiki sistem JKN. Salah satunya, meningkatkan alokasi anggarannya.
Artikel ini ditulis oleh: