Ia menilai, kenaikan kinerja selain karena faktor perbaikan pengelolaan, juga didorong sektor komoditas yang membaik di masa pandemi. Ia yakin, dengan perbaikan maka BUMN akan mempertahankan kinerja. Tak bisa juga dipungkiri, masih ada beberapa BUMN yang perlu diperbaiki.
“Termasuk juga indikator-indikator penyediaan lapangan kerja, dan sumbangsih terhadap kesejahteraan masyarakat. Mungkin yang paling bisa diapresiasi walaupun labanya tidak ada adalah program BBM satu harganya Pertamina serta keberhasilan BUMN Karya membangun berbagai infrastruktur,” kata Piter
Kenaikan laba bersih BUMN yang mencapai 356% sepanjang semester I-2021 dibandingkan semester I-2020, tentu bisa dibaca ada perbaikan, namun juga jadi tantangan apakah akan terus mampu dipertahankan mengingat perbaikan kinerja lebih disokong perbaikan harga komoditas.
“Kenaikan itu bersifat adhoc karena kenaikan harga komoditas, karena adanya pandemi. Ketika harga komoditas turun, pandemi sudah usai, keuntungan BUMN bisa saja akan kembali turun,” ucapnya.
Menurut dia, manfaat BUMN bagi masyarakat bukan dari keuntungan tetapi lebih dari perbaikan pelayanan. Bahkan ketika BUMN merugi bisa memberikan manfaat kepada masyarakat. Contohnya program BBM satu harga.
“Program ini program rugi bagi Pertamina, tapi sangat bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin