Jakarta, Aktual.com — Noor Tagouri, Muslimah yang selalu memakai syal (untuk membuat Anda hangat selama musim dingin) memperkenalkan dirinya di program acara ‘Ted Talk’.
Ya, Noor Tagouri adalah Jurnalis Muslim, keturunan Arab-Amerika, berusia 21 tahun. Dia berbicara pada ‘Ted Talk’ tentang mimpinya, serta gairahnya dan perjuangannya menjadi wartawan berjilbab pertama di televisi Amerika.
Untuk menghadapi krisis identitas, dia memutuskan untuk mengenakan jilbab ketika keluarganya pindah ke kota Washington DC, AS. Hal itu menunjukkan, bahwa Tagouri harus menerima perbedaan budaya serta agama di Negeri Paman Sam. Dan, ia bangga akan hal tersebut.
Dalam penelitiannya, dia menemukan bahwa Amerika Serikat tidak pernah ada seorang Reporter wanita yang mengenakan hijab tampil di depan televisi komersial dan ia ingin mengubah ‘image’ tersebut.
Saat kuliah di Perguruan tinggi, dia menemukan kecintaannya terhadap puisi dan akan tampil beberapa hari setelah dia berulang tahun ke-18. Sehari sebelum penampilan ,Noor berdoa, salat, dan istighfar. Dalam doanya dia meminta kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, agar dirinya bisa magang atau bekerja, sesuatu yang membuat mimpinya menjadi kenyataan.
Keesokan harinya, setelah penampilannya tersebut, seorang wanita bertanya apakah dia ingin magang di stasiun Radio CBS. Usut punya usut wanita itu adalah Justine Love, ‘Direktur of Community and Public Affair’, Radio CBS di Washington DC. Magang yang mengubah kehidupannya secara drastis.
Suatu hari Noor memposting foto dirinya duduk di meja Radio ABC dengan caption, “mimpi saya terwujud sepertinya”. Keesokan harinya foto ini bagaikan ‘virus’. Orang-orang dari seluruh dunia berbagi foto tersebut. Orang-orang berbagi mimpi dan cerita-cerita mereka.
Sekarang, Noor Tagouri adalah wartawan berjilbab pertama di televisi Amerika. Media umumnya terlalu sering menggambarkan Muslim dalam ‘cahaya yang negatif’.
Tagouri mendefinisikan perannya sebagai “menjelaskan agama dan mengklarifikasi konteks gangguan budaya (yang sangat penting di mata saya,red)”.
Dan ketika Tagouri melaporkan berita tentang terorisme, dia menceritakannya dengan cara yang tidak menggeneralisasi warga Muslim dan tidak mengasosiasikan Islam dengan perspektif ala Barat.
Artikel ini ditulis oleh: