Jakarta, Aktual.com — Satu lagi penemuan terbaru tentang fakta bakteri. Peneliti dari Queen Mary University, London menemukan, Cyanobacteria bisa bertindak sebagai bola lensa mikro yang memungkinkan sel melihat sumber cahaya serta bergerak.
Cyanobacteria ditemukan di seluruh habitat air tawar dan laut di Planet Bumi yang terkadang dianggap “ganggang”. Tetapi, sebenarnya bakteri pemakan karbondioksida dan produsen oksigen ini mampu melihat cahaya.
Spesies Cyanobacteria yang digunakan dalam penelitian ini, Synechocystis, merupakan bola mikroorganisme bersel tunggal yang mengukur sekitar 3/1000 dari satu milimeter. Hal ini ditemukan secara alami di danau air tawar dan sungai.
Karena Synechocystis membutuhkan sinar Matahari untuk menghasilkan energi, penginderaan penting untuk menemukan tempat-tempat sumber cahaya yang tidak terlalu lemah atau terlalu kuat.
Hal tersebut sudah diketahui bahwa sel Synechocystis bergerak menuju sumber cahaya yang bersinar pada mereka dari satu sisi, yang menyiratkan bahwa Cyanobacteria dapat ‘melihat’ di mana lampu berada.
Dalam penelitian ini menunjukan, bahwa sel-sel bakteri ini mampu bertindak seperti sebuah lensa. Sebagai cahaya yang bisa memenuhi permukaan seperti bola. Hal tersebut akibat bias yaang menjadi titik di seberang sel. Hal ini memicu pergerakan oleh sel jauh dari tempat yang difokuskan.
Dalam beberapa menit, bakteri menumbuhkan struktur tentakel seperti pili yang menjangkau ke arah sumber cahaya. Ketika menempel pada permukaan, mereka menarik kembali dan mendorong bakteri secara bersama.
Conrad Mullineaux, Biolog dari Queen Mary University di London, Inggris, mengungkapkan, bahwa fakta bakteri yag dapat menanggapi cahaya merupakan ilmiah tertua.
“Fakta bakteri ‘menanggapi’ cahaya adalah salah satu pengamatan ilmiah tertua. Bakteri merupakan benda optik cukup jelas dalam litelatur,” ujar ia seperti dituliskan dalam laman Sci-news.
Lebih lanjut, Conrad menjelaskan pengamatannya bahwa bakteri adalah objek optikal yang cukup jelas. Namun, ilmuwan tidak pernah memikirkan hal itu hingga melihatnya.
“Tapi kami tidak pernah yakin sampai melihat sendiri dan belum ada orang lain melihat itu sebelumnya, meskipun para ilmuwan telah melihat di bawah mikroskop selama 340 tahun terakhir,” demikian kata Mullineaux.
Artikel ini ditulis oleh: