Jakarta, Aktual.com – Di bisnis ride-hailing di Tanah Air, Go-Jek yang statusnya sebagai super App dianggap sangat dominan dibanding rivalnya.

Hal ini seperti disampaikan oleh penulis Shuli Ren dalam kolom opini di Bloomberg belum lama ini. Shuli menulis strategi Go-Jek berjalan dalam jalur yang benar dengan memanfaatkan aplikasi super (super app).

“Selain memesan tumpangan, Anda dapat membayar tagihan, memesan makanan, mengirim paket kilat, dan menemukan pembersih rumah tanpa meninggalkan aplikasi Go-Jek. Anda bahkan dapat menyewa penata rambut, menggunakan Go-Glam,” tulisnya dalam artikel berjudul ‘Why Grab Doesn’t Have a Handle on Indonesia’, seperti dikutip Selasa (6/11).

Akan tetapi, kata dia, lain halnya dengan Grab. Sebagai perbandingan, aplikator asal Malaysia itu hanya menawarkan makanan dan pengiriman paket ekspres di luar opsi jasa tumpangan tersebut.

Meskipun Grab sendiri kabarnya berniat mengembangkan diri menjadi aplikasi super. Tapi itu tak berlaku di Indonesia.

Tidak seperti Go-Jek, perusahaan asing negeri Jiran itu tidak memiliki lisensi dompet digital (e-wallet) yang diterbitkan bank sentral.

Padahal lisensi itu sangat penting dan membuat Go-Jek dapat melayani siapapun yang tak memiliki rekening bank atau kartu kredit. Karena cukup dengan GO-PAY, pengguna dapat mengisi ulang di toko-toko atau memberikan uang tunai kepada yang lain tanpa repot.

Di saat yang sama, Grab mencoba menyiasatinya dengan membangun kemitraan menggandeng OVO, yang merupakan e-wallet yang dimiliki Lippo Group.

Akan tetapi, kata dia, minusnya dari kemitraan ini adalah Grab harus bersedia menyerahkan kontrol pengalaman pada pengguna dan teknologi.

Padahal, lanjut Shuli Ren, e-wallet merupakan kuncinya sebagai solusi lantaran perbankan sangat ketinggalan teknologi.

Shuli Ren pun menceritakan pengalamannya berdiskusi dengan start up di Jakarta pekan lalu. Diketahui kalau 20 persen barang yang dibeli di Shopee tak dilanjutkan transaksinya lantaran pembayaran melalui bank sangat kaku.

“Sisi inilah yang menjadi kekuatan GO-JEK di mana GO-PAY sudah mengantongi lisensi e-wallet dari Bank Indonesia,” cerita dia.

Dengan GO-PAY , pengguna diuntungkan karena membayar lebih murah ketimbang transaksi lainnya.

Misalnya pengiriman ekspress dari kantor Bloomberg di Jakarta ke bank sentral – perjalanan 1,6 kilometer  hanya dikutip Rp 13 ribu selama jam sibuk, tapi menggunakan GO-PAY hanya Rp 12 ribu.

Dan di saat bersamaan, GO-JEK kini menjelma sebagai perusahaan sektor swasta terbesar di Indonesia dan memberi solusi atas kemacetan di Jakarta.

Artikel ini ditulis oleh: