Jakarta, Aktual.com – Setelah investasi teranyar pada DANA, giliran emiten milik Grup Sinarmas, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dikabarkan akan dipinang oleh investor grup global Alibaba. Perusahaan milik Jack Ma disebut akan masuk menjadi pemegang saham FREN. Rumor ini berembus makin kencang dini ini, di mana dikabarkan pembicaraan makin serius tentang pengambilalihan saham berlangsung kian intensif.
Kolaborasi antara Sinarmas dan Alibaba sendiri sudah berjalan sejak akhir tahun 2021. Hal tersebut juga bersamaan dengan rencana Alibaba untuk mengincar kepemilikan saham FREN kemungkinan dengan dua skema yang ditentukan. Pertama, dengan cara membeli waran lalu mengonversi menjadi saham FREN.
Namun, skema ini dinilai terlalu besar oleh Alibaba walaupun FREN sendiri diketahui telah beberapa kali melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) disertai dengan pemberian waran. Terakhir kali pada PUT April 2021, FREN memberikan sebanyak 91.886.644.115 Waran Seri III.
Selanjutnya, pada skema kedua yakni Alibaba akan masuk untuk langsung membeli saham FREN, yang mana skema ini mungkin saja dipilih karena harga pasar saham FREN bertengger di bawah Rp100 per saham, lebih murah dibandingkan pada tahun lalu. Melalui skenario pembelian langsung saham FREN ini, dana segar yang disalurkan Alibaba nantinya bisa masuk ke kantong Sinarmas sebagai penjual. Sementara itu, menurut rumor yang beredar Alibaba berencana akan membeli saham sebanyak 5 persen pada 2022 ini.
Adapun salah satu faktor yang menarik Alibaba untuk menjadi pemegang saham adalah rencana keterlibatan FREN dalam pembangunan ekosistem teknologi 5G tahun 2021. Rencana ekspansi pengembangan jaringan 5G ini diproyeksikan dapat mendukung kebutuhan internet of things (IoT) sebagai perangkat yang mampu mengirimkan data melalui jaringan tanpa bantuan perangkat komputer dan manusia.
Pada kabar yang beredar diketahui Sinarmas dan FREN tidak memberikan komentar mengenai rumor aksi korporasi dengan investor global Alibaba ini, tetapi keduanya pun berpendapat kolaborasi dengan investor global akan membuka kesempatan untuk bisa berkembang lebih pesat. Kendati demikian, semua pihak perlu mendapatkan keuntungan yang merata, terlebih kepentingan pelanggan adalah prioritas utama.
Pengamat teknologi Heru Sutadi mengatakan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan internet merupakan pekerjaan besar dan padat modal.
Sehingga menurut dia, diperlukan kerja sama dan kolaborasi, baik operator telekomunikasi, pemerintah dan tentunya juga vendor dan investor.
“Sektor telekomunikasi merupakan sektor terbuka untuk investasi asing, sehingga mayoritas investor asing bisa ikut investasi dalam pembangunan telekomunikasi di Indonesia,” ujar Heru ketika dihubungi beberapa waktu lalu.
Maka, aksi kolaborasi dengan investor dalam maupun luar negeri menjadi upaya tepat untuk bisa membantu agar operator lebih optimal. Investasi tersebut, sambung dia, dapat menguntungkan tidak hanya membuka lapangan kerja tapi juga pajak yang dihasilkan serta alih teknologi.
Di sisi lain, menilik rencana aksi Alibaba tersebut, peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menyambut positif, mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat bisa menumbuhkan permintaan internet yang lebih cepat.
“Masuknya Alibaba ke Fren saya rasa bisa menjadi pemicu investor lainnya untuk masuk serta menjadi pemicu bagi perusahaan penyedia layanan telekomunikasi untuk melakukan hal yang sama, yakni membangun jaringan 5G,” kata dia melalui pesan singkat.
Walaupun pada kabar yang beredar diketahui Sinarmas dan FREN tidak menepis maupun membenarkan aksi korporasi dengan investor global Alibaba ini, tetapi keduanya pun berpendapat kolaborasi dengan investor global akan membuka kesempatan untuk bisa berkembang lebih pesat. Kendati demikian, semua pihak perlu mendapatkan keuntungan yang merata, terlebih kepentingan pelanggan adalah prioritas utama.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby