Rini Soemarno

Jakarta, Aktual.com – Ekonom UGM, Kusdhianto Setiawan menilai kebijakan Menteri BUMN Rini Soemarno untuk menggabungkan PT Pertamina Gas (Pertagas) dengan PT PGN yang selanjutnya dijadikan anak usaha PT Pertamina (Persero) sebagai tindakan yang tidak tepat dan dinilai bakal mengacaukan bisnis perusahaan PGN.

Pasalnya selain pada perusahaan PGN terdapat saham publik, secara portofolio keuangan PT PGN dinilai lebih sehat dibandingkan dengan Pertagas.

Lagi pula ujar dia, sejatinya masing – masing perusahaan itu sudah dalam bentuk holding dan memiliki banyak anak perusahaan, dengan demikian motif sesungguhnya kebijakan holding semakin menjadi pertanyaan.

“Pertamina dan PGN masing – masing sudah merupakan holding company, tapi dalam pengelolaan anak perusahaan, PGN lebih baik dari Pertamina,” kata Kusdhianto di Jakarta, Kamis (19/10).

Kusdhianto mengingatkan, akibat hembusan isu holding dari pemerintah telah menyebabkan risiko dan ketidak pastian pasar menjadi semakin naik bagi PGN sebagai perusahaan yang telah go publik.

“Harga sahamnya jatuh akibat pemerintah melempar wacana yang belum matang,” pungkas Kusdhianto.

Sementara pada saat bersamaan, Ekonom senior Indonesia Faisal Basri merasa kebijakan Rini terbolak balik, dia menyebut beberapa kasus BUMN yang inefisiensi-nya tinggi dan kemanfaatannya rendah bagi publik, namun tidak ada tindakan dari Rini.

Sebaliknya PT PGN dengan tingkat efisiensi yang baik dan memberikan kemanfaatan besar pada publik, malah diganggu untuk dileburkan kedalam Pertamina yang bukan perusahaan go publik.

“Bu Rini Mengacaukan BUMN, seperti holding PGN, kalau saya KPK, sudah saya usut karena merugikan negara (saham PGN jatuh akibat isu holding),” kata Faisal.

 
Pewarta : Dadangsah Dapunta

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs