Jakarta, Aktual.co —Pakar kelautan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Muslim Muin ‘menantang’ pemerintah untuk buka-bukaan ke masyarakat mengenai usulan konsultan dari Belanda mengenai Jakarta Coastal Defense Strategy (strategi pertahanan pesisir) atau yang dikenal dengan Giant Sea Wall dan proyek reklamasi pulau di Teluk Jakarta.
Kata Muslim, menurut konsultan dari Belanda itu pembiayaan proyek ini haruslah menggunakan Dana Rakyat (Public Funding).
Dijelaskan dia, jika menuruti usulan konsultan Belanda itu, maka masyarakat akan memikul pembiayaan untuk pengerjaan : Tanggul Laut dan Sungai; Waduk Retensi; Pompa; Air Bersih; Air Limbah dan Sanitasi; Resettlement. Sedangkan Dana Investor digunakan untuk : Reklamasi; Jalan Tol; Pelabuhan.
Muslim mengatakan hanya orang ngawur yang setuju dengan konsep dari konsultan Belanda yang seperti itu. “Kalau tanggul, pompa, dan lain-lain yang biayanya sekitar Rp 150 triliun dibiayai masyarakat, enak benar investornya,” ujar dia, kepada Aktual.co, Senin (27/4).
Sedangkan investor, justru bakal mendapat keuntungan berkali-kali lipat dengan membiayai reklamasi. Misal: dengan mendatangkan pasir urugan reklamasi dengan harga USD 10 per m3, untuk menguruk daerah dengan kedalaman 3 meter. Lalu setelah mempertimbangkan pasang surut, gelombang, settlement dan lain-lain, akhirnya harus menguruk 6 meter. “Artinya biaya reklamasi sekitar USD60 per m2, sekitar Rp 600 ribu per m2. Lalu dijual Rp 3 juta per m2. Untung besar nih investor Rp 2,4 Juta per m2,” tutur Muslim.
Artinya, ujar Muslim, kalau investor dapat daerah 1 kilometer x 1 kilometer artinya sejuta m2. Maka keuntungan yang akan diraup investor sebesar : sejuta dikali Rp 2,4 juta = Rp 2,4 triliun. “Itu baru keuntungan dari reklamasi, belum dengan keuntungan dari bisnis tol dan pelabuhan,” ucap dia.
Sedari itu, ujar Muslim, harusnya biaya untuk pembuatan tanggul, waduk, pompa juga harus ditanggung investor dan tidak gunakan uang negara. “Mereka juga harus dipungut pajak lebih tinggi karena harus menanggung biaya kerusakan lingkungan dan operasi pompa yang lebih besar,” ujar dia.
Sedangkan keuntungan apa yang diraih masyarakat atau warga Jakarta khususnya? Muslim menjawab lirih, “Banjir yang semakin parah dan semakin tercemarnya air akibat dibendung di teluk oleh reklamasi dan Giant Sea Wall. Jadi hanya segelintir orang saja yang menikmati keuntungan besar dari proyek ini. Jadi apakah masih tetap masuk akal jika proyek ini disebut untuk kepentingan warga Jakarta? Warga yang mana?” ujar Muslim balik bertanya.
Artikel ini ditulis oleh:

















