ilustrasi

Jakarta, Aktual.com – Bisnis ritel di tengah penurunan daya beli ternyata juga alami kinerja yang melorot, bahkan tak sedikit dari bisnis mereka yang tutup..

Begitu pula yang dirasakan perusahaan dibawah naungan managemen Sogo, kendati mereka berdalih jika penutupan itu bertujuan untuk pindah lokasi yang lebih strategis.

“Saya tak bilang daya beli tak menurun ya. Tapi memang dari indikator UMP yang juga terus naik mestinya mereka ada penghasilan. Kalau mereka mengurangi belanja, itu memang karena daya beli menurun atau apa?” tegas Handaka Santosa CEO Sogo Departement Store, di Jakarta, Rabu (1/11).

Selama ini, lanjut Handaka klaim pemerintah bisnis ritel yang sepi karena banyaknya perubahan konsumsi dari offline ke bisnis online. Namun begitu dia tak sepenuhnya sepakat. Karena kontribusinya masih sedikit.

“Memang di negara seperti di AS dan China itu banyak bisnis ritel yang tumbang karena berpindah ke online. Tapi di sini tidak juga, toh kita juga sekarang ada perusahaan online yang membeli offline,” katanya.

Saat ini, kata dia, para pelaku bisnis offline minta pemerintah untuk menyamaratakan peraturan antara kedua bisnis ini. Karena selama ini aturan dan regulasi lebih banyak diterima oleh pelaku bisnis offline.

Regulasi yang disebut Hamdaka yakni terkait dengan pajak dan aturan SNI. Jangan sampai ada kecemburuan antara offline dan online.

“Tapi kapan aturan online bisa keluar? Itu harus jadi perhatian serius. Jadi pemerintah harus antispasi lebih jauh lagi. Karena pemerintah tahu yang men-drive ekonomi domestik ini ya konsumsi masyarakat. Makanya daya beli harus digenjot,”imbuh Handaka.

 

Pewarta : Busthomi

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs