Ratusan mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan dari Kalimantan tiba di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (23/1). Sebanyak 373 orang dewasa dan 32 anak-anak asal Jawa Timur eks-Gafatar tersebut selanjutnya dibawa ke penampungan sementara di Gedung Transito, Margorejo, Surabaya. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/kye/16

Surabaya, Aktual.com — Tidak sepenuhnya eks anggota Gafatar asal Jawa Timur yang dipulangkan benar-benar ingin kembali ke kampung halaman. Sebagian justru ingin kembali ke Kalimantan dengan berbagai pertimbangan.

“Kalau soal ajaran Gafatar, itukan sudah berlalu. Jadi kami ingin hidup mandiri, mencari nafkah dan jangan dipersepsikan yang berbeda.” kata Heri saat berada di penampungan eks Gafatar gedung Disnaker Jawa Timur, Jalan Margorejo, Surabaya, Minggu (24/1).

Heri, yang merupakan warga asal Probolinggo, Jawa Timur itu memaparkan beberapa alasan untuk tidak kembali ke kampung halaman, diantaranya karena tidak punya rumah.

Sebab, rumah dan tanahnya sudah dijual. Sementara uang hasil penjualannya, sudah dipakai untuk membeli benih dan lahan cocok tanam termasuk untuk biaya patungan bersama anggota Gafatar yang lain di Kalimantan Barat.

“Di Kalimantan itu saya sudah punya lahan cocok tanam. Kalau saya dikembalikan ke Probolinggo, saya tinggal dimana? Terus kerja apa? Bagaimana nasil keluarga saya?” ujar Heri.

Diakuinya, di Kalimantan dia memiliki lahan hasil patungan yang sudah dikoordinator, dengan luas 40 hektar. Tanah tersebut digarap bersama-sama dengan kelompok tani.
Alasan lain yang memberatkan untuk tidak kembali ke kampung halaman adalah, kondisi sosial masyarakat.
Sebab, lanjut Heri, belum tentu kehadirannya di kampung halaman bisa diterima oleh masyarakat setempat.

“Makanya, saya tidak ingin kembali ke kampung halaman. Ya, anggap saja kembali ke kalimantan sebagai tranmigrans yang bercocok tanam. Sekali lagi, bahwa gafatar sudar berlalu. Biarkan kami mandiri.” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu