“Selain itu, juga ditemui penurunan produktivitas ayam petelur akibat serangan penyakit,” ujar Yeka.

Yeka menganalisa fenomena penurunan produktivitas tersebut lantaran adanya larangan pengunaan antibiotic growth promoter (AGP).

Yeka mengatakan penyakit hewan ternak menyebabkan produktivitas lebih masif yang berdampak terhadap biaya produksi mahal. Akibatnya, harga telur juga menjadi mahal.

“Tanpa adanya upaya dari pemerintah membenahi masalah ini, biaya produksi akan tetap mahal dan berimbas pada harga telur,” ujar Yeka.

Peneliti Indef, Ahmad Heri Firdaus menekankan kinerja pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan pemangku kebijakan lain agar fokus mengatasi persoalan kenaikan harga telur.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara