Jakarta, Aktual.com – Salah seorang petani yang melakukan aksi penolakan pendirian dan pengoperasian pabrik semen PT Semen Indonesia di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, Patmi (48), meninggal di tengah perjuangannya di Jakarta, Selasa (21/3) dini hari.
Putri dari mendiang Patmi, Sri Utami, dalam video yang diterima Aktual, menyatakan sudah ikhlas atas kepergian sang ibu yang meninggal dalam perjuangannya membela tanah airnya sendiri. Dalam rekaman video itu, Sri Utami berbicara dengan bahasa Jawa Krama Inggil selama 52 detik
Berikut adalah pernyataan Sri Utami lewat rekaman video yang diterima Aktual dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI).
“Kemarin itu Ibu berangkat tanpa ada paksaan, sudah pamit dengan keluarga. Dari keluarga juga sudah mengizinkan, pamitnya untuk berjuang membela anak cucu, membela tanah air kita sendiri.
Jika ada apa-apa ya itu sudah jalannya Yang Punya Hidup, jalannya Gusti Allah.
Saya sendiri, Insya Allah sudah bisa menerima. Mau bagaimana lagi, garisnya sudah demikian. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,”
Demikian Sri Utami dalam rekaman pernyataannya yang berdurasi 52 detik tersebut.
Patmi, dinyatakan meninggal dalam perjalanan menuju RS St. Carolus Salemba sekira pukul 2.55 WIB Selasa. Jenazah Patmi sudah dibawa pulang ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Pati, unuk dikebumikan di kampung halamannya yang ia perjuangkan tersebut.
Patmi merupakan salah satu peserta aksi yang kakinya dicor semen di depan Istana Kepresidenan sejak 16 Maret lalu. Cor-coran semen yang melekat di kakinya dilepas pada Senin (20/3) setelah massa aksi memutuskan mengubah cara aksinya usai menemui Kepala Kantor Staf Presiden Teten Masduki pada Senin petang.
Cor di kaki Patmi dilepas sekira pukul 23.00 WIB Senin (20/3) dan mendiang mengeluh sakit pada pukul 2.30 WIB Selasa, setelah mandi dan bersiap pulang ke Pati menyusul perubahan cara aksi, namun mendiang akhirnya meninggal dalam perjalanan menuju RS St. Carolus.
(Teuku Wildan)
Artikel ini ditulis oleh: