Jakarta, Aktual.com – Isu reshuffle kabinet kerja semakin ramai diperbincangkan publik. Namun kebiasaan mantan mantan gubernur DKI Jakarta untuk memberikan jawaban yang “pelit” atau singkat jika ditanya wartawan tentang hal-hal yang bersifat politis atau strategis menjadikan isu ini “bola liar”.
Selain itu, rakyat juga sulit menduga-duga tentang berbagai kemungkinan yang bakal terjadi pada hari-hari mendatang.
Ketika ditanya tentang rehuffle, Presiden Joko Widodo baru-baru ini hanya berkata singkat, “Nanti ada waktunya”.
Akibat dari kalimat semacam ini, masyarakat termasuk politisi, pengamat politik semakin menunggu nunggu apakah pergantian segelintir menteri itu jadi atau tidak jadi dilakukan?
Apa resiko Presiden Joko Widodo jika tidak melakukan reshuffle. Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta, Ubedillah Badrun mengatakan resiko nantinya yang akan diambil Presiden Jokowi adalah masih berlanjutnya sentimen negatif terhadap kabinetnya. (Baca: Dengan Mimik Wajah Tidak Suka, Jokowi Enggan Tanggapi Reshuffle).
“Meskipun (reshuffle) tidak menyelesaikan masalsah keseluruhan. Tetapi, distrust (ketidakpercayaan) terhadap kabinet bisa membahayakan pemerintahan hjokowi,” ucapnya saat berbincang dengan Aktual.com, Jum’at (7/3).
Kemudian kedua, yakni resiko politik akan dihadapinya dengan tidak ada dukungan oleh parpol pendukung yang jadikan Jokowi duduk di kursi Presiden.
Misalnya, kata dia, PDIP tidak diakomodir baik idenya maupun calon menteri pengganti dalam reshuffle mendatang. “Hal ini menunjukkan kalau Jokowi tidak taat pada megawati,” sergahnya.
Selain itu, Ubed menilai sejak menyusun kabinet terlihat Jokowi sangat menuruti segelintir orang seperti isu yang beredar yakni Rini Soemarno Cs dalam menaruh orang-orang dalam sebagian pos kementerian strategis.
“Inilah yang menyebabkan ketidaksinkronan pasukan parpol pendukung dengan Jokowi,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh: