Peneliti Indef Rusli Abdullah

Jakarta, Aktual.com – Hampir setiap tahunnya menjelang perayaan Natal dan tahun baru harga-harga sembako meroket. Peneliti Ekonomi Indef Rusli Abdullah menganalisa penyebab meroketnya harga-harga tersebut.

Menurutnya kenaikan setiap komoditas harga pangan itu faktornya berbeda beda. Akan tetapi, secara umum di tahun 2022 diakibatkan Nataru yang dilanjutkan dengan pelonggaran PPKM dan juga masalah Covid dunia yang memperparah fluktuasi harga yang tidak terduga.

“Hal ini, menggairahkan ekonomi dan meningkatkan permintaan dan suplai, bukan hanya nataru tapi pas lebaran dan puasa juga demikian,” ujarnya saat diwawancarai oleh metrotvnews Kamis (30/12).

Terkait meroketnya beberapa komoditas seperti telur, cabe dan minyak goreng, Ruslii menjelaskan bahwa harga cabai naik karena memang musim hujan jadi suplainya terganggu.

Yang perlu diperhatikan dan dilihat lebih lanjut menurut Rusli adalah harga telur dan minyak goreng. Menurutnya ada dugaan oknum yang bermain yang menyebabkan meroketnya harga telor. Rusli menduga dijalur distribusi ada yang bermain.

“Naik signifikan padahal bulan lalu jatuh sejatuhnya. Jarak antara harga dari peternak ke konsumen kalau sangat lebar perlu di telusuri lebih lanjut. Dan jika harga telor ini langsung normal kembali kemungkinan ada yang oknum bermain semakin kuat dugaannya,” kata Rusli.

Sementara naiknya harga minyak goreng terkait harga internasional CPO ketika ada kenaikan harga maka akan ada pengaruhnya. Selain itu, indeks harga pangan global juga meningkat karena Covid 19.

Terkait upaya pemerintah dalam memberikan subsidi untuk mengendalikan harga-harga pangan, menurut Rusli harus dilihat seberapa besar nilai subsidinya.

Lalu sampai kapan kenaikan harga-harga bahan pangan tersebut?

“Kalau cabe kuartal pertama tahun depan sudah mulai reda. Januari, Februari beberapa daerah akan mulai normal suplainya. Minyak goreng tergantung harga CPO. Harga telor kuartal pertama tahun depan sudah mulai reda,” ujar Rusli.

Ditengah kenaikan harga telor dan minyak goreng. Menurut Rusli, kita harus syukuri harga beras yang stabil.

“Kita tidak akan repot dengan kenaikan harga pangan yang lain, karena penyumbang inflasi besar adalah beras dibandingkan cabe dan minyak goreng. Tapi tetap harus diperhatikan Harga yang lain,” jelas Rusli.

Lebih lanjut Rusli memaparkan bahwa yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah komoditas impor kita yang lain seperti daging, kedelai dan gandum.

Menurutnya, kuartal tahun depan bulan ke-dua, ketika di beberapa negara belahan Utara sudah mulai memasuki musim semi, dengan asumsi Omicron sudah terkendali maka aktifitas disana akan menggeliat dan itu akan meningkatkan permintaan disana, mengakselerasi permintaan global dan akan ada semacam demand shock.

“Pemerintah harus memitigasi hal ini, karena kemungkinan akan ada demand shock pangan salah satunya kedelai harus mengamankan kontrak sampai akhir tahun 2022, jangan sampai kejadian kemarin dengan China, kita tidak kebagian pasokan”.

Daging dan bawang putih sama halnya jangan sampai ada demand shock. Dengan asumsikan Omicron terkendali.

Menurut Rusli yang perlu dilakukan pemerintah adalah melakukan intervensi langsung khususnya minyak goreng.

“Yang paling dilakukan pemerintah adalah kalau telor dan cabe mereka tidak punya stok agak sulit kalau minyak goreng pemerintah bisa melakukan intervensi langsung”. Tutup Rusli.

Artikel ini ditulis oleh:

Dede Eka Nurdiansyah