Jakarta, Aktual.com – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Kementerian Kesehatan Eva Susanti, mengatakan pemerintah menyiapkan strategi untuk mencegah obesitas pada anak demi menekan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes.

“Ke depan ada rencana aksi nasional obesitas, akan ada strategi untuk dilakukan lintas sektor kementerian untuk mengupayakan pencegahan kepada anak,” kata Eva di Jakarta, Kamis (17/11).

Salah satu penyakit tidak menular yang banyak terjadi di Indonesia adalah diabetes. Eva menjelaskan diabetes merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi beban kesehatan karena telah menyerang setidaknya 537 juta orang di seluruh dunia, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 783 juta pada 2045.

Di Indonesia, jumlah penderita diabetes terus meningkat dari 10,7 juta pada tahun 2019 menjadi 19,5 juta pada tahun 2021 yang menduduki peringkat ke-5 dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia dan diperkirakan naik menjadi 28,6 juta pada 2045.

“Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya gaya hidup kekinian yang sering mengonsumsi makanan dan minuman dengan gula berlebih serta kurangnya olahraga, sehingga berisiko terkena diabetes,” kata dia.

Konsumsi gula yang berlebihan tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik bisa menimbulkan obesitas yang berujung kepada berbagai jenis penyakit. Menurut Eva, prevalensi penyakit tidak menular kian banyak sebagai penyebab kematian dan kecacatan.

Fenomena ini akan mempengaruhi populasi usia produktif di Indonesia yang disayangkan bila kondisi kesehatannya tidak optimal.

“Jangan sampai masyarakat kita semakin banyak yang terkena diabetes,” ujar dia.

Eva mengemukakan penanggulangan penyakit diabetes perlu dilakukan secara komprehensif oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kementerian Kesehatan berkomitmen melakukan Transformasi Kesehatan khususnya di layanan primer dan layanan rujukan.

Transformasi layanan primer dengan promosi dan edukasi untuk merubah pola hidup, menjaga pola makan dan melakukan aktivitas fisik dengan perilaku CERDIK, deteksi dini faktor risiko diabetes dapat dilakukan di Posyandu, peningkatan layanan primer dengan pengembangan panduan praktik agar pasien yang telah dideteksi dini mendapatkan tatalaksana dan pengobatan sesuai standar dan terkontrol kondisinya. Sementara untuk transformasi layanan rujukan, disusun program jejaring rujukan nasional.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra