Selain itu, Pada akhir tahun 2017, Pemerintah memutuskan adanya pengalihan pengelolaan Wilayah Kerja (WK) Mahakam ke PT Pertamina (Persero). Setelah lebih dari 50 tahun dikelola oleh Total E&P, per 1 Januari 2018, WK gas terbesar di Indonesia ini dikelola oleh Pertamina. Dengan pengalihan ini, maka terjadi pula peningkatan peran nasional dan daerah dalam kepemilikan Blok Mahakam, dimana Pertamina dan daerah menguasai minimal 61% saham Blok Mahakam.

Untuk tahun 2018-2019, Pemerintah mematok target agar produksi dipertahankan atau bahkan ditingkatkan dengan biaya operasi yang lebih efisien. Produksi rata-rata minyak dan gas bumi Blok Mahakam pada tahun 2017 adalah 52 ribu Barrel Oil per Day (BOPD) minyak dan kondensat, serta 1.351 Million standard cubic feet per day (MMSCFD) gas.

Dari proyek-proyek strategis migas, Pemerintah telah meresmikan fasilitas produksi gas Lapangan Jangkrik pada 31 Oktober 2017. Lapangan Jangkrik menambah produksi Migas sebesar 100.000 Barrel Oil Equivalent Per Day (BOEPD).

“Jangkrik ini salah satu milestonenya adalah produksinya lebih tinggi daripada apa yang direncanakan. Direncanakan sekitar 450 MMSCFD, saat ini sudah berproduksi hingga 650 MMSCFD, equivalen dengan 100.000 lebih BOPD (Barrel Oil Per Day),” tambah Ego.

Tak hanya itu, pemerintah juga telah melakukan Groundbreaking Jambaran Tiung Biru (JTB) pada 25 September 2017 dan proyek diharapkan selesai pada 2021. Total investasi hulu JTB mencapai USD 1,5 miliar. JTB diproyeksikan memproduksi gas sebesar 217 MMSCFD, di mana 172 MMSCFD untuk dijual dan 45 MMSCFD untuk operasional.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Andy Abdul Hamid