Jakarta, Aktual.co — Tahun 2015 merupakan tahun tantangan bagi perekonomian global. Pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) saja dinilai tak cukup membawa perekonomian dunia menjadi sehat.
Berikut ini beberapa indikator kunci untuk mengukur kesehatan ekonomi global di 2015 seperti dilansir Wall Street Journal, Senin (5/1):
Langkah Besar Janet YellenPemimpin bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Janet Yellen, telah mengambil langkah awal untuk menaikkan suku bunga pada tahun 2015, pertama kalinya sejak 2006. Ekonom telah fokus pada rapat Fed Juni nanti sebagai kemungkinan titik awal kenaikan suku bunga. Jika Yellen betul-betul melakukannya, hal ini akan mensinyalir kembali normalnya kebijakan moneter AS, sesuatu yang telah lama dinanti publik. Namun jumlah dan waktu kenaikan suku bunga akan krusial, mengingat faktor ini penting dalam menarik investor.
Bursa Kerja ASSampai November, pasar tenaga kerja AS telah mencatatkan tahun terbaik dalam pertumbuhan lapangan kerja sejak 1999. Jika momentum itu lanjut tahun ini, ekspansi ekonomi berpotensi berkembang menjadi lonjakan ekonomi. Namun dalam lima tahun terakhir, ekonomi AS kerap menunjukkan sinyal palsu. Pertumbuhan lapangan kerja terlihat berkembang pesat, tetapi lantas kolaps. Pertumbuhan gaji juga tetap lemah.
Risiko Krisis EropaInvestor global belakangan tidak dapat istirahat dengan tenang lantaran cemas krisis utang Eropa dapat muncul kembali setiap saat. Kini Bank Sentral Eropa (ECB) tengah menimbang membeli obligasi pemerintah untuk membantu ekonomi Eropa. Ketidakpastian sedang mencuat di Eropa terkait pemilihan umum Yunani Januari ini. Partai sayap kiri, yang bersaing dengan kubu konservatif yang tengah berkuasa, ingin mengurangi kebijakan penghematan.
Spanyol juga akan menggelar pemilu tahun ini, di tengah meluasnya ketidakpuasan akan tingkat pengangguran negara tersebut yang mencapai 24 persen. Bahkan Jerman, yang sejak dulu memimpin ekonomi zona Eropa, sedikit terjengkal pada 2014. Ekonominya menyusut 0,1 persen pada kuartal II dan hanya tumbuh 0,1 persen pada kuartal III.
Abenomics Jilid 2Jepang membuka tahun baru dengan menyetujui paket stimulus fiskal sebesar USD29 miliar. Bank of Japan meningkatkan stimulus moneternya pada Oktober dengan memperbesar program pembelian obligasinya. Apakah strategi ekonomi Shinzo Abe, atau Abenomics, jilid II ini akan lebih sukses? Abenomics jilid I juga mencakup kebijakan stimulus moneter dan fiskal besar-besaran. Namun produk domestik bruto (PDB) Jepang masih turun dalam dua triwulan setelah kenaikan pajak penjualan nasional April silam.
Masalah China MenggunungSetelah selama beberapa dekade mencatat rata-rata pertumbuhan 10 persen, proyeksi ekonomi China kini terancam oleh banyaknya utang pembangunan infrastruktur, populasi yang menua, dan urbanisasi besar-besaran. Untuk menyeimbangkan kembali ekonominya, pengamat menilai 1,4 miliar warga China perlu lebih banyak berbelanja—sesuatu yang lebih mudah dalam teori ketimbang praktik.
Kinerja DowIndeks Dow Jones Industrial Average baru-baru ini menyentuh 18.000, naik lebih dari 170 persen sejak titik terendah pada 2009. Jika Dow kembali menyentuh rekor pada 2015, investasi dan keyakinan pasar pun akan terangkat. Namun, harapan akan terangkatnya ekonomi global secara menyeluruh akan sirna jika lonjakan ekuitas yang sudah berlangsung lima tahun itu berakhir pada 2015.
Naik Turun Harga MinyakHarga bensin untuk konsumen jadi lebih murah berkat jatuhnya harga minyak dunia. Namun hal ini adalah tantangan bagi lonjakan minyak di AS yang kilangnya kini bermunculan dari Texas sampai North Dakota. Pertanyaannya adalah apakah harga bensin yang lebih murah lebih bermanfaat bagi ekonomi AS ketimbang melemahnya industri energi—seperti berkurangnya investasi dalam pengeboran minyak dan potensi turunnya lapangan kerja.

Artikel ini ditulis oleh: