Jakarta, Aktual.co —Pada banjir tahun 1963, dengan dibentuknya tim khusus telah mampu mendorong kesadaran warga untuk menolong sesamanya. Selain menerima sumbangan dari pemerintah Jakarta, tim juga menerima sumbangan dari berbagai pihak.
Sumbangan yang di dapat tim antara lain, PN Tundabara sebesar 50.000 rupiah, Koperasi Bea Cukai Priok 25.000 rupiah, Karyawan Deperinda 50.000 rupiah, Ibu-ibu Menteri 25.000 rupiah, Kepolisian Jakarta Raya 100.000 rupiah, Ikatan Perkumpulan Tionghoa 500.000 rupiah, dan Ny. Aziz Saleh 50.000 rupiah.
Selain bentuk uang, tim juga mendapat sumbangan dalam bentuk obat-obatan dan bahan makanan. Obat-obatan diterima dari PT Pharmasi Abadi, 2 ton sayur-mayur dari PT Ichsani Cisarua Bogor, dan 1 ton beras dari Kodamar III, serta pakaian, obat-obatan, kain belacu, dan minyak goreng dari Kejaksaan Istimewa Jakarta.
Soekardjo Sasrodihardjo mewakili Menteri Sosial, melalui M.A. Kaffar dari Departemen Sosial DKI Jakarta menyumbangkan obat-obatan yang berasal dari Apotek Mampang, PT Tunggal dan pabrik Pharmasi Abadi. Selain itu, bantuan rumah sakit 24 jam juga dilakukan di Rumah Sakit Sumber Waras dan Rumah Sakit Cideng.
Banjir di Jakarta pada tahun itu pun mengundang simpati dari Amerika Serikat. Melalui Duta Besar Howard Jones dan Konsul Whittingtin, telah menemui pemerintah dan menanyakan bantuan apa yang diperlukan. Namun, pemerintah menjelaskan bahwa bantuan sudah ditangani oleh mereka sehingga Amerika Serikat membatalkan memberikan bantuan.
Untuk memetakan daerah-daerah yang rawan banjir, Pemda Jakarta telah menyusun wilayah yang rawan banjir yang dikelompokkan menjadi tiga wilayah.
1. Wilayah Barat : banjir di Kali Angke di Pesing, banjir di Sungai Sekretaris dan Sungai Grogol di Palmerah, Perumahan TVRI, Hankam, Tomang Barat, Tomang Timur dan Jelambar.
2. Wilayah Tengah : banjir dari Sungai Ciliwung di Kalipasir, Matraman Dalam, Bidara Cina, Otista, dan Pademangan. Banjir dari Kanal Banjir meliputi Tanah Abang, Tanjung Selor, Tanah Abang Bongkaran. Banjir dari Sungai Krukut dan Sungai Mampang di Bendungan Hilir, Pondok Karya, Blok P, dan Majapahit. Banjir di Sungai Cideng dan Kaliduri di Jalan Thamrin, Duri, Kampung Krendang, Tanah Sereal, Setiabudi, Kuningan. Banjir dari anak sungai Ciliwung ada di Taman Sari, Mangga Besar dan Jayakarta.
3. Wilayah Timur : banjir dari Sungai Cipinang dan Sungai Sunter di Kampung Malang, Kramat Tunggak, Cawang, By Pass Penas, belakang penjara Cipinang, Kompleks Perhubungan Rawamangun, Rawamangun, By Pass Sunter, Plumpang, Pulomas, STM Pembangunan, dan Kampung Ambon. Banjir dari Sungai Cakung dan Sungai Buaran di PT JIEP dan kampung kanan kiri kali. Banjir dari Sungai Sentiong Tanah Tinggi terjadi di Sumur Batu, Senen, Kali Baru Timur, Percetakan Negara. Banjir pada daerah Polder Tomang Barat.
Luas banjir seluruhnya sekitar 17 persen dari wilayah Jakarta.
Pada tahun 1960-1970, karena pembangunan semakin pesat dan jumlah penduduk yang tinggal di Jakarta meningkat dengan pesat pula, hal ini sangat berpengaruh terhadap wilayah banjir. Terutama daerah selatan, mulai dilanda banjir. Daerah baru yang dilanda banjir adalah sekitar Kampung Melayu dan Bidara Cina. Karena keberadaan pintu air Manggarai terjadi sedimentasi yang berlebihan dan sampah yang semakin banyak. Akibatnya, terjadi luapan di daerah atas pintu air. Hal itu terus berlangsung sampai sekarang karena sampah san sedimentasi hasil rumah tangga semakin banyak dan rumah-rumah tinggal sekitar wilayah itu pun semakin tidak terkendali.
(Bersambung…)

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid