Puncak pelaksanaan ibadah haji 1445 H/2024 M berjalan dengan baik. Tentunya kinerja Kementerian Agama RI layak diapresiasi, di tengah cuaca ekstrem di Arab Saudi yang mencapai 48 derajat Celsius, belum lagi jumlah jemaah haji Indonesia tahun ini mencapai 241.000 orang, merupakan jumlah jemaah terbesar dari yang pernah ada, semua proses pelaksanaan dan penyelenggaraan ibadah haji dapat berjalan dengan baik.
Di bawah kepemimpinan Gus Men, Kemenag senantiasa berinovasi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para jemaah haji Indonesia. Dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana dari pemerintahan Arab Saudi, pergerakan jemaah haji dari Mekkah – Arafah – Muzdalifah – Mina berhasil dilakukan jemaah haji Indonesia dengan lancar dan mulus. Pelayanan prima menjadi kunci dari keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.
Hemat saya, setidaknya terdapat beragam inovasi yang dilakukan dalam penyelenggaraan haji tahun ini, yakni Kebijakan Murur, Aplikasi Kawal Haji, dan Kinerja Petugas.
Kebijakan Murur atau melintas di Muzdalifah banyak mendapat apresiasi, merupakan salah satu ijtihad penting Kementerian Agama dalam mengatasi problem empirik ibadah haji saat ini. Prosesi haji di Muzdalifah merupakan titik krusial dimana, area Muzdalifah merupakan kawasan yang paling sempit dibanding Arafah dan Mina, tidak tersedianya tenda bagi para jamaah, serta merupakan kawasan yang disinggahi oleh seluruh jemaah haji dari berbagai dunia, yang menyebabkan kepadatan arus lalu lintas, ditambah lagi kondisi malam hari. Melalui kebijakan Murur, terutama untuk jamaah lansia, risiko tinggi (risti), dan disabilitas. Hampir 30% jamaah haji yang langsung ke Mina berdampak signifikan terhadap mobilisasi jamaah selama berada di Muzdalifah.
Kebijakan Murur merupakan kebijakan yang sangat strategis selama bertahun-tahun pelaksanaan haji Indonesia, tentunya dapat menimalisir risiko terhadap kesehatan jemaah haji lansia, risti dan disabilitas. Di sisi lain, pergerakan jemaah haji berjalan secara lancar dan lebih awal dari sebelumnya.
Aplikasi Kawal Haji, aduan layanan Jemaah Haji
Berkaca dari pelaksanaan haji tahun sebelumnya, Ditjen Haji dan Umroh meluncurkan aplikasi Kawal Haji sebagai upaya dalam memberikan layanan yang prima kepada para jemaah haji Indonesia. Aplikasi Kawal Haji dapat digunakan oleh para jemaah haji Indonesia untuk memberikan berbagai aduan, keluhan yang dirasakan oleh jemaah haji, yang selanjutnya secara cepat dapat direspons dan diselesaikan oleh petugas haji.
Aplikasi Kawal Haji sebagai bentuk upaya keterbukaan dalam pengelolaan haji di ranah publik. Dalam aplikasi tersebut ada mekanisme yang disiapkan terkait penerimaan pengaduan, durasi, dan tindak lanjut terhadap aduan. Aplikasi Kawal Haji sangat membantu proses identifikasi masalah dan penanganannya secara cepat dan tepat.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Hasanudian Ali, proses perjalanan haji yang memiliki durasi sangat panjang serta kompleksitas layanan tentu tidak pernah bisa sempurna, apa lagi layanan yang melibatkan pihak ketiga seperti di Armuzna. Karena itu aplikasi Kawal Haji menjadi salah satu solusi untuk mempercepat penanganan keluhan jemaah haji Indonesia. Aplikasi Kawal Haji juga merupakan bentuk pelibatan jemaah haji dalam rangka perbaikan layanan haji Indonesia.
Dedikasi Tinggi dari Para Petugas Haji
Keberhasilan penyelenggaraan pelaksanaan ibadah haji tidak terlepas dari kinerja para petugas haji. Para petugas haji yang mengerahkan waktu dan tenaganya menangani dan mengurusi jemaah haji Indonesia mulai dari akomodasi, transportasi, makanan, dan bimbingan ibadah haji. Kesigapan para petugas haji dalam melayani sangat diapresiasi oleh para jemaah.
Berbagai persoalan yang ditemui di lapangan dapat diselesaikan dengan baik oleh para petugas haji. Dengan mengabdi dan memberikan pelayanan terbaik bagi para tamu Allah ini, para petugas haji menjadi faktor keberhasilan penyelenggaraan haji dapat berjalan dengan baik di tahun ini.
Gus Men dalam acara Haflul Hajji Al-Khitamy mengungkapkan bahwa Kementerian Agama RI tetap mengupayakan kuota tambahan untuk jemaah haji Indonesia dengan tetap mempertimbangkan kenyamanan dan keselamatan jemaah haji.
Tentunya berbagai faktor keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini menjadi benchmark proses pelaksanaan haji tahun-tahun mendatang. Di sisi lain, catatan evaluatif harus dibaca sebagai ikhtiar untuk perbaikan penyelenggaraan ibadah haji di waktu mendatang.
Oleh : Zaenal Mustakim, Rektor UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Artikel ini ditulis oleh:
Sandi Setyawan