Jakarta, Aktual.com — Adanya ancaman bahwa Inpex akan menunda proses pembangunan kilang LNG Masela yang diutarakan oleh Mantan Direktur Gas Pertamina, Hary K Yulianto karena banjirnya produk gas di dunia pada tahun 2023 hanyalah sebuah pepesan kosong.

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman menilai kelebihan pasokan tersebut menjadi keunggulan bagi Indonesia yang terbukti memiliki cadangan gas yang melimpah.

“Baguslah kalau itu dilakukan oleh Inpex dan Indonesia akan untung. Di saat harga gas murah, kita belum membangun, lebih baik kita membeli saja,” ujar Yusri kepada Aktual di Jakarta, Kamis (31/3).

Menurutnya, cadangan gas yang dimiliki Indonesia diproduksikan maksimal ketika harga mahal, selain itu gas tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan gas masa depan sesuai rencana tahun 2025 capain penggunaan energi terbarukan mendekati 25 persen.

“Sesungguhnya kebijakan Hary K Yulianto sebagai mantan Direktur Gas Pertamina telah membuat kontrak impor LNG selama 20 tahun dengan 0,8 juta ton per tahunnya terhadap perusahaan Amerika Cheniere Energy perlu diselidiki. Apakah menguntungkan Pertamina atau malah merugikan negara?,” tegas Yusri.

Menurut Yusri, untung Indonesia kalau Inpex memundurkan rencana Investasinya adalah pertama, PSC INPEX akan berakhir tahun 2028. Kedua, dapat diperpanjang sekali selama 20 Tahun sampai Tahun 2048. Ketiga, menurut ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 35/2004, Permohonan perpanjangan PSC dapat diajukan 10 Tahun atau paling lambat 2 Tahun sebelum PSC berakhir asal INPEX punya HOA (Head of Agreement) dengan calon Buyer Gas.

Keempat, Mega Proyek Masela perlu waktu 6-8 Tahun sejak FEED sampai EPCI dan First LNG delivery.

“Kelima, semakin lambat IMPEX mencapai First LNG delivery, semakin singkat masa operasi LNG by INPEX karena PSC hanya bisa diperpanjang sampai tahun 2048. Jadi semakin ditunda INPEX akan semakin merugi karena setelah 2048 Pemerintah dapat menyerahkan operasi Blok Masela untuk dilanjutkan oleh Pertamina seperti Blok Mahakam,” jelas Yusri.

Padahal Blok Masela, lanjutnya, masih punya prospek Gas Reserve P2 dan P3 yang jauh lebih besar daripada P1 yang hanya sebesar 10,7 TCF.

Sedangkan terkait keinginan agar produksi LNG dari Blok Masela sebesar-besarnya untuk domestik, mulai sekarang Pemerintah harus memikirkan pembangunan Terminal Penyimpanan dan Pelabuhan LNG tersebut dan Blue Print penggunaan LNG oleh Industri Nasional, Petrokimia dan LNG untuk Tenaga Penggerak Kapal dan Financing Scheme yang dapat menjamin pembelian LNG oleh pengguna domestik.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka