Suasana bongkar muat peti kemas di pelabuhan peti kemas Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (10/11). Badan Pusat Statistik menyebutkan kinerja ekspor Indonesia pada kuartal III 2015 minus 0,69 persen dan impor minus 6,11 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/15.

Jakarta, Aktual.com — Ketua DPC Indonesian National Shipowner’s Association (INSA) Surabaya, Steven H Lasawengen, mengatakan aktivitas maupun pembangunan pelabuhan hanya terpusat di Pulau Jawa, padahal di luar Pulau Jawa memiliki potensi luar biasa.

“Sekarang pembangunan pelabuhan hanya fokus di Pulau Jawa, padahal seharusnya ada pembagian proporsional untuk menambah kinerja sektor maritim Indonesia. Bisa saja di wilayah barat, tengah, dan timur,” katanya di Surabaya, Kamis (28/1).

Menurutnya, 70 persen kapal Indonesia menunggu muatannya di Pulau Jawa, karena kapal-kapal di pulau lainnya hanya sedikit sekali, sehingga sebagian besar menunggu muatannya di Jawa.

“Sebagian besar kapal pengangkut barang menunggu di Jawa, sehingga bisa dibayangkan jika harga barang di Pulau Jawa dan pulau-pulau lain sangat berbeda jauh. Hal inilah yang menyebabkan disparitas harga,” terangnya.

Selain terpusatnya kapal-kapal barang, lanjutnya, disparitas harga yang tinggi juga disebabkan oleh buruknya infrastruktur kepelabuhanan di Indonesia. Jika dibandingkan antara infrastruktur di Pulau Jawa dan di Papua akan berbeda.

“Jika mau benar-benar mengembangkan pelabuhan, maka seharusnya mencari tempat strategis, selain di Pulau Jawa, misalnya Banjarmasin, karena tempatnya di tengah-tengah, sehingga di sana bisa dikembangkan,” tuturnya.

Tidak hanya pelabuhan yang penting, ia menambahkan perbaikan infrastruktur seperti kontainer, dermaga, dan “crane” juga harus diperhatikan.

Selain itu, unsur keamanan dan keterbukaan perizinan keluar-masuk barang juga harus dimiliki setiap pelabuhan.

“Lainnya, sumber daya manusia yang menangani manajemen logistik juga harus ditambah. Perlu ada sekolah yang khusus mengembangkan sumber daya manusia, yang menangani manajemen logistik dan mereka harus bersih,” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka